Mohon tunggu...
Ruben Krisnandito
Ruben Krisnandito Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bioteknologi

an ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Sleman Bebas DBD?

1 Juni 2024   13:34 Diperbarui: 1 Juni 2024   13:49 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Penanggulangan Demam Berdarah Dengue di Sleman Berdasarkan Kearifan Lokal

Pendahuluan

     Berdasarkan perkembangan data terakhir Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman melalui laporan kewaspadaan dini rumah sakit, terdapat sekitar 63 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dari bulan Januari hingga April 2024. Jika dibandingkan dengan kasus tahun 2022 sejumlah 330 kasus (3 meninggal), sementara untuk tahun 2023 tidak ditemukan data kasus resmi. kasus DBD 2024  pada 4 bulan pertama tidak mengalami kenaikan yang signifikan. Namun berdasarkan pernyataan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Sleman, dr. Khamidah Yuliati, selasa 26/3/2024) terdapat satu orang yang meninggal dunia akibat penyakit DBD tersebut, Oleh karena itu diperlukan kewaspadaan terhadap DBD.Distribusi penyakit cederung lebih banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Hal tersebut dapat terjadi karena laki-laki lebih banyak beraktivitas di luar rumah. Selain itu, pekerjaan dengan mobilitas yang tinggi membuat laki-laki rentan tertular virus dengue. Untuk usia rentan terpapar virus dengue meliputi usia 6-12 tahun karena memiliki imunitas yang masih rendah. Dampak penyakit DBD bagi tubuh dapat menyebabkan komplikasi, seperti nyeri tubuh, kulit memeram, sakit kepala, demam, kebocoran pembuluh darah hingga mengalami kematian. DBD juga berpengaruh secara sosial-ekonomi dimana orang yang terjangkit virus tersebut menyebabkan keterbatasan aktivitas oleh karena memerlukan perawatan sehingga jika menyerang usia produktif, akan menurunkan intensitas hingga menghambat pekerjaan dan berpengaruh pada sektor ekonomi.

Faktor berpengaruh

     Insiden kasus DBD dapat terjadi oleh dua faktor utama yaitu ekologi dan sosial. Faktor ekologi berpengaruh pada perkembangbiakan dan persebaran kasus tersebut seperti halnya suhu, kelembaban dan curah hujan. Suhu suatu daerah dengan kisaran 25-27C, tingkat kelembaban 70-90% serta curah hujan yang tinggi  menjadi kondisi yang optimal bagi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus untuk berkembangbiak. Perlu digaris bawahi bahwa nyamuk Aedes penyebab DBD menyukai genangan air yang bersih, tempat-tempat lembab di dalam rumah dengan sedikit cahaya, serta pakaian yang tergantung di kamar. Faktor sosial meliputi pendidikan, dan budaya masyarakat. Pendidikan memegang peran penting dimana pengetahuan mengenai penyakit DBD akan mempengaruhi langkah yang tepat untuk meminimalisir kasus DBD, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat membantu mengurangi insiden terjadinya penyakit DBD.

Penanggulangan

     Sejauh ini terdapat beberapa pengendalian yang sudah diupayakan oleh pemerintah, lembaga pendidikan, beserta masyarakat Sleman yang meliputi pemantauan jentik (Jumantik), pemberantasan sarang nyamuk (PSN), gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J), fogging, dan inovasi teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia yang telah terbukti efektif dan diterapkan di Kabupaten Bantul dan Kotamadya. Wolbachia merupakan bakteri baik yang dimasukan dalam tubuh nyamuk A. Aegypti yang bertujuan untuk memiliki kemampuan efek anti dengue, dalam artian jika nyamuk terinfeksi virus dengue, secara otomatis virus tersebut akan mati oleh karena efek anti dengue pada nyamuk. Tujuan dari penyebaran nyamuk A.aegypti ber-Wolbachia adalah agar kawin dengan A. Aegypti lokal atau tidak ber wolbachia dan menghasilkan keturunan nyamuk yang memiliki kemampuan anti dengue. Program tersebut sukses menekan replikasi virus dengue yang menjadi agen penyebab DBD. Terdapat variasi persepsi masyarakat terkait upaya pengendalian vektor yang lebih disenangi dan dianggap cenderung lebih efektif. Beberapa penelitian melaporkan bahwa masyarakat beranggapan fogging merupakan upaya pengendalian vektor yang paling tepat dan efektif dibandingkan pemberantasan nyamuk lainnya. Padahal foging hanya dapat membunuh nyamuk dewasa, dan lavanya masih tetap hidup dalam fogging juga terdapat bahan kimia serta solar yang dapat membahayakan manusia baik secara langsung (pernapasan) maupun paparan zat racun melalui makanan atau minuman yang terkena asap. Disamping itu, terdapat kejadian dimana nyamuk sudah tidak lagi mempan dengan fogging atau mengalami resistensi, oleh karena itu, metode tersebut tidak mampu membunuh nyamuk, melainkan hanya memindahkan nyamuk ke tempat lainnya. Sebenarnya yang menjadi permasalahan mengenai penanggulangan DBD adalah program-program yang belum dilakukan secara rutin dan serentak seperti PSN dan G1R1J, yang diupayakan adalah bagaimana program tersebut dapat terus berkelanjutan dengan atau tanpa adanya kasus, dalam artian masyarakat harus memiliki kesadaran yang tinggi untuk meminimalisir kelengahan yang dapat menyebabkan lonjakan insiden DBD. Inovasi lokal telah banyak dilakukan di daerah-daerah dari waktu ke waktu untuk pencegahan dengue antara lain, melakukan pola hidup yang bersih dan sehat, penanaman tanaman pengusir nyamuk, pelibatan anak-anak dalam pemantauan jentik, penerapan kesadaran masyarakat lokal untuk mengurangi gigitan nyamuk seperti penggunaan celana panjang dan lengan panjang, menggunakan lotion anti nyamuk serta diterapkanya 3M (menguras, mengubur, dan menutup). Dengan demikian, setelah melaksanakan upaya-upaya tersebut diharapkan dapat terus menekan kejadian serta mengantisipasi korban jiwa akibat dari DBD.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun