Mohon tunggu...
Ruben Abdulrachman
Ruben Abdulrachman Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Someone who's treating life as a vacation

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat Terbuka dari Lapangan Hijau

25 Agustus 2014   06:32 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:38 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kerjasama yang ada pada sebuah tim sepakbola itu hari ini kudapatkan menarik.
Semua yang membuat satu tim sepakbola adalah sama yaitu manusia.
Tapi, dari setiap manusia itu, ada perbedaan skill antara kebisaannya sebagai striker, midfielder, defender, ataupun goalkeeper.
Semuanya manusia. Tapi, mereka melengkapi satu sama lain.
Kebisaan menjadi sesuatu itu tidak bisa dipilih, dan sang manager memilih berbagai manusia dengan berbagai kebisaan itu untuk menjadi satu tim.
Sama halnya dengan semua kehidupan di bumi.
Apa kamu memilih untuk menjadi manusia?
Apa sapi memilih untuk menjadi sapi?
Dan apakah rumput dipilih unuk menjadi rumput?
Tentu jawabannya tidak.
Namun ketiga makhluk hidup itu saling melengkapi satu sama lain.
Rumput akan terus ada atas perlakuan manusia menanam dan menyirami rumput.
Dan sapi, akan berkembang biak atas perlakuan manusia beternak sapi.
Manusia dengan kecerdasannya bisa mengambil manfaat dari sapi dan rumput secara sustainable.
Atau, begitulah kira-kira cerita hidup di dunia ini.
Entah kenapa sekarang ini, ini hanyalah menjadi pandangan idealis belaka.
Manusia tidak pernah mengerti kesatuannya dengan alam.
Akan tanah, diperebutkan.
Akan perdamaian, dilalaikan.
Akan peperangan, dinomorsatukan.
Akan perselisihan, diperbincangkan.
Hanya mendapatkan kekuasaan.
Hanya untuk mendapatkan harga diri.
Hanya untuk mendapatkan kemenangan.
Hanya untuk tanah sepetak?
Hanya untuk darah sebangsa?
Hanya untuk ekonomi negara?
Kuinginkan secuil hati.
Hati nurani umat manusia.
Untuk membaca surat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun