Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Merasakan Ayunan Gelombang

22 Desember 2015   00:44 Diperbarui: 22 Desember 2015   03:24 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah seseorang bisa mencintai laut tanpa pernah merasakan ayunan gelombangnya? Mau menyayangi laut tanpa pernah merasakan digulung gelombang laut yang menerpa pantai? Suatu hal yang hampir pasti mustahil. Saya berani berani bertaruh soal yang satu ini. Tidak akan ada rasa cinta pada laut. Apalagi memiliki laut dengan gelombangnya, pemandangannya, serta pantainya. Pulau-pulau pun jadi berserakan terabaikan. Dengan itu, semakin tidak mungkin mencintai laut dengan semua taman-taman dan seluruh mahkluk hidup di dalamnya.

Namun, saya juga masih bisa bisa memahami mengapa sebagian besar dari kita saat ini tidak lagi mau merasakan ayunan gelombang laut di pantai. Saya bisa memahami karena kini sudah ada pilihan menggunakan transportasi udara. Frekuensi penerbangan regulerpun sudah sedemikian rapinya. Tidak hanya itu, kini juga banyak bermunculan hotel dengan swimming pool (kolam renang) atau pusat hiburan dengan wahana air yang juga menampilkan gelombang tak ubahnya seperti di laut atau di pantai sesungguhnya.

Munculnya sarana transportasi udara sejak dikembangkannya pesawat terbang oleh Orville Wright dan saudaranya Wilbur Wright di dekat Kitty Hawk, North Carolina, Amerika Serikat, 17 Desember 1903, telah membuat sebagian besar dari kita kini lebih suka bepergian atau holiday dengan pesawat terbang, yang tentunya lebih nyaman dan lebih cepat sampai ke tempat tujuan. Penghasilan yang kian tinggi seiring kemajuan ekonomi membuat sebagian besar dari kita memilih terbang dengan transportasi udara yang lebih praktis, sekalipun harus membayar lebih mahal. 

Mencintai laut tidak bisa lain harus bisa membuat semakin banyak orang merasakan ayunan gelombangnya; merasakan gulungan gelombang saat menerpa pantai. Jakarta, 21 Desember 2015.

Ruben Frangky Darwin Oratmangun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun