Mohon tunggu...
Ruba Nurzaman
Ruba Nurzaman Mohon Tunggu... Guru - Teacher Trainer Writer

Guru MTs dan SMA Al-Mukhtariyah Rajamandala^^ Senior Trainer PT Edukasi 101^^Fasilitator MBS Tanoto Foundations^^Pengurus Ikatan Guru Indonesia Bandung Barat, Pengurus Pusat Perkumpulan Guru Madrasah Penulis (Pergumapi), Konsultan Sekolah Literasi Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesadaran Diri dan Kemampuan Berselancar untuk Menempuh "Second Curve"

13 Maret 2018   12:07 Diperbarui: 24 Maret 2018   13:06 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesadaran adalah keadaan seseorang di mana ia tahu atau mengerti dengan jelas apa yang ada dalam pikirannya. Sedangkan pikiran bisa diartikan dalam banyak makna, seperti ingatan, hasil berpikir, akal, gagasan ataupun maksud atau niat.

Menurut Carl G Jung, kesadaran terdiri dari 3 sistem yang saling berhubungan yaitu kesadaran atau biasa disebut ego, ketidasadaran pribadi (personal unconsciousness) dan ketidaksadaran kolektif (collective unconscious).

Kesadaran-diri merupakan bagian dari intelegensi/kecerdasan seseorang yang sangat berpengaruh dalam dirinya. Apabila seseorang sudah memiliki kesadaran diri dalam hidupnya tentu saja ini sangat membantu orang tersebut untuk bisa berselancar diatas gelombang perubahan yang menunjukkan gejala dan kecenderungan yang makin kompleks dan chaos.

Tujuan dari kesadaran diri ini diharapkan seseorang bisa sadar sesadarnya  untuk memperdalam dan mengokohkan kesadaran dirinya (self-conscicousnes) sehingga bisa berlanjut menuju ke kesadaran kolektif (collcetive consciousnes) dan kesadaran akan sistem nilai. Sehingga sadar akan pentingnya nilai Teologis (Ketuhanan) yang membuat seseorang sadar akan kewajibannya terhadap sang pencipta, sadar akan hal-hal yang di sunnahkan dan diharamkan serta dimakruhkan oleh Allah SWT. Selain nilai Teologis diperlukan pula kita sadar akan Nilai fisiologis yang bisa memaksimalkan diri dan menjaga fisik kita dalam menjalani kehidupan dan beribadah kepada-Nya.

Nilai Logis diperlukan agar kita mampu berfikir, memahami dan mengingat sebagai dasar untuk berbuat, dan bertindak. Nilai Etis membantu kita dalam berperilaku dengan akhlak yang sekarang sudah banyak yang meninggalkannya. Nilai estetis diperlukan untuk menganyam ketidakteraturan kesemrawutan dalam hidup menuju sesuatu yang indah, harmonis dan teratur untuk menjauhkan diri dan menghadang kompleksitas kesemrawutan dan chaos. Yang terakhir adalah nilai Teleologis yang berguna agar kita memiliki nilai manfaat bagi diri kita dan orang lain bahkan mahluk yang lain serta lingkungannya.

 Untuk bisa berselancar dalam kehidpuan yang cenderung kompleks menuju chaos agar bisa mengendalikan gelombang sehingga menuju paradigma baru yang lebih baik pada second curve maka diperlukan tools yakni melalui proses belajar yang mana inti dari belajar itu adalah berfikir, sehingga memahami berbagai gaya berfikir dalam belajar sangat diperlukan untuk dikuasai agar bisa menyatukan  antara berfikir rasional/intelektual, emosional, dan spiritual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun