Mohon tunggu...
Sulistiyo Kadam
Sulistiyo Kadam Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati ekonomi, interaksi manusia, dan kebijakan publik

Kumpulan Kata dan Rasa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Singaporepun Tak Lagi Serba Mudah Saat Lebaran

11 Agustus 2013   15:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:26 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lebaran saatnya pulang kampung. Hmmm unfortunately not for me. Tapi ga masalah, lebaran juga saatnya jalan-jalan. So siang itu berangkat dari Batam jam 10.20 bersama seorang teman, saya arungi selat Singapore buat menejelajah negeri semenanjung. Rutenya standar : Batam - Singapore - Johor Baru - KL - Singapore - Batam. Keliatan ribet dan repot tapi ga juga. Interest of the monthnya ga lain ga bukan cuman buat cari sepatu.

Ceritanya saat pindahan, sepertu kerja dikirim lewat pos dan belum nongol sampai seminggu kerja. Terpaksa pake sepatu super casual dan lapor ke bos khusus perihal sepatu sebelum ditegor model gini,"Ini kantor ya bukan cafe. Tolong sepatunya juga menyesuaikan." Ini rekaan sih. Tapi berdasar fakta pas hari pertama kita dibriefing soal pakaian, tingkat kepercayaan rekaan itu 90%. Nah sebelum itu terjadi saya sudah bilang,"Pak bukannya saya sengaja tapi sepatu saya belum sampai jadi saya pake sepatu apa adanya. Nanti saya bela-belain ga mudik deh buat beli sepatu". Hehe ga segitunya sih. Tapi kira-kira demikian laporan saya sambil menunjukkan sepatu kulit casual warna coklat dengan sol putih kebanggaan saya. Ah kok ngelantur.

Yang mau saya bagi di sini bukan cerita saya dan teman keluar masuk mall, clark quay, dan segala jenis foodcourt di Singapore atau Malaysia, tapi betapa ribetnya melalui perbatasan Singapore Malaysia saat lebaran. Ya tepat saat lebaran, tanggal 8 Agustus 2013. Bahkan Singapore yang serba rapi, bersih, disiplin, dan super pokoknya terkesan amburadul saat lebaran gini.

Jadi pagi itu selepas dari Masjid Sultan di Kampong Glam, kami menuju terminal queen street, masih di kawasan Bugis, buat cari bis ke Johor Bahru (JB). Sekedar informasi kalau mo ke JB dari Singapore salah satu pilihannya ya lewat terminal Queen Street ini. Ada beberapa bus arah JB seperti CauseWay Link (CW), Singapore Johor Express (SJE), dan SBS 170. Tujuannya ada 2 kalo ga salah : Johor Sentral atau Kotaraya, pusat kotanya Johor, sama Larkin terminal buat yang mau lanjut ke kota lain di Malaysia semenanjung.

Mendekati Queen Street Terminal, perasaan mulai gundah. Pasalnya ada 2 bis, CW sama SJE, yang baru berangkat sementara antrian calon penumpang terlihat mengular di sekeliling terminal. Ga salah-salah, panjangnya kira-kira 150 meteran. Mana sedikit-sedikit gerimis begini. Apa boleh buat terpaksa ikut mengular. Di dalam terminal ada 2 bis SBS 170 nongkrong dan ga tau kapan berangkat. Detik, menit, dan belasan menit berlalu. Bis CW dan SJE belum juga ada yang nongol sementara SBS 170 barusan ada yang berangkat tapi kami bingung karena masih antri di belakang. Satu keluarga dari New York di belakang kami sampai memastikan bahwa itu benar terminal ke JB. Untuk menghibur diri sendiri saya bilang,"The buses are officially departing every 15 minutes, but you know it's been a half hour". Salah satu menjawab dengan girang,"Ah I like it 'officially'". Heee???

Karena ga sabar akhirnya saya tanya ke petugas. Dia bilang kalau mau naik CW sama SJE ya harus antri. T api kalau mau SBS 170 ga usah ikut antrian, tunggu saja di sebelah kantor SBS dan langsung naik kalau bus sudah jalan. Damn! Tapi karena masih ragu dan ga mau kehilangan antrian, kami tetep di jalur sambil terus melototin SBS 170, kalau-kalau mau berangkat.

Dan benar saja, saat ada petugas berseragam keluar dari kantor SBS sambil bawa segelas kopi saya yakin itu drivernya dan tanda kalau bus mau berangkat. Langsung saja saya ajak teman meninggalkan barisan dan menunggu bis SBS 170 yang benar segera berangkat. Saat di bis merasa bersalah pergi keluar barisan tanpa kasih tahu keluarga dari New York yang ngajak ngobrol. Pasti mereka tambah bingung ngeliat kelakuan kita. I'm so sorry, but life may be hard man. Hahahaha. Tapi apa iya pilihan terbaik??? Ternyata bukan!

CW dan SJE dijadwalkan berangkat setiap 5-15 menit. Ga tahu kenapa, mungkin karena lebaran, saat itu kedua bis terlambat jadwal. Sementara SBS 170 jadwalnya berangkat tiap 20 menit dan saat itu lebih ontime. Saya sempat bertanya ke petugas SBS apa bedanya mereka dengan bis express itu. Menurutnya waktu tempuh SBS lebih lama sekitar 20 menit. Ah ga masalah pikir saya toh lebih cepet berangkat.

Ternyata waktu tempuh SBS lebih lama karena sebagai bis kota dia harus berhenti di setiap perhentian bis yang dilalui. Setelah jalan 15 menit, saya baru sadar bedanya express dan non express. Terus ga tau bener apa nggak, tapi jalur SBS 170 sepertinya muter-muter dulu. Alhasil kita nikmati saja berkeliling Singapore bagian utara. Namanya jalan-jalan kan? Hadeeeuuuhh.

Namun keribetan belum berhenti. Ini baru awal dari semuanya. Next disaster, Imigrasi Singapore - Malaysia!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun