Mohon tunggu...
Dibalik Layar
Dibalik Layar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mengamati, Memahami, Menyimpulkan, dan Mengkritisi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu Berkualitas dengan Metode Rekapitulasi Suara Online

12 Mei 2014   20:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:35 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak hal yang dikeluhkan dari hasil pemilu sekarang, diantaranya yang tak kalah penting adalah masalah rekapitulasi suara.Metode rekapitulasi yang selama ini kita pakai masih metode konvensional dengan cara menghitung dan menginput suara secara manual, dimana perolehan suara yang sudah di hitung di TPS kemudian di rekap kembali di KPU daerah kemudian ke KPU pusat. Proses ini selain banyak memakan biaya, waktu, juga rentan terhadap kecurangan.

Komisioner Bawaslu Daniel Zuchron, sebagaimana dikutip Liputan6.com, menilai banyak yang harus dievaluasi dari proses penetapan penghitungan suara nasional KPU. Bawaslu menyatakan dari pengamatan selama Pemilu ini, KPU pusat sampai provinsi tidak memiliki manajemen administrasi dan data yang baik untuk mengumpulkan hasil penghitungan suara, sehingga berpengaruh pada rekapilutasi suara nasional.

"Pertama, masalah konsistensi data, kemudian soal perubahan-perubahan data yang dibawa tidak sesuai dengan yang ada di lapangan," kata Daniel di Gedung KPU, Jakarta, Jumat (9/5/2014).

Menurut penuturan beberapa rekan di kantor yang tahun ini menjadi salah-satu calon anggota legislatif, ia menceritakan bagaimana ganasnya permainan di KPU baik di tingkat daerah maupun pusat. Pencurian suara, perdagangan suara sudah lazim dilakukan. Pertarungan pun bukan persoalan elektabilitas dan pupularitas calon, tetapi lebih kepada seberapa kuat dia melobi oknum KPU dan seberapa banyak uang yang sudah ia siapkan untuk membeli suara. Maka tak heran jika sering terjadi perubahan-perubahan data yang dibawa dari TPS tapi begitu sampai di tingkat daerah maupun pusat jumlahnya tidak sesuai dengan yang ada di lapangan. Proses penyerahan berkas suara yang melalui tangan ke tangan (baca: dari TPS - ke - KPU daerah - ke - KPU pusat) juga menjadi penyebab rentannya aksi kecurangan ini terjadi.

Kita sadari bahwa suara di TPS-TPS adalah suara murni yang belum terkontaminasi oleh permainan busuk para politisi, sedangkan ketika keluar dari TPS tidak ada yang bisa menjamin suara itu akan utuh seperti itu. Herannya, kenapa kita tidak menjaga kemurnian suara ini dengan metode penginputan suara langsung dari TPS. Kenapa di zaman Cyber secanggih saat ini, negara kita tidak menerapkan metode rekapitulasi suara secara online, dimana, suara di input langsung dari TPS-TPS dan di saksikan oleh warga. Padahal, bila dibandingkan dengan metode rekapitulasi suara seperti yang sedang kita terapkan saat ini, metode ini sangat efisien dari segi waktu dan biaya, lebih efektif, transparan dan akuntabel. Semua orang dapat memonitoring perolehan suara secara bebas dan transparan tanpa ada rekayasa.

Rasanya tidak mungkin para elit di negeri ini tidak terpikirkan untuk menerapkan hal ini. Tapi kenapa metode seperti ini belum dipertimbangkan???, entah karena masih ingin melanggengkan kecurangan seperti yang selama ini terjadi atau memang mereka belum siap untuk menjadi orang yang jujur, entahlah……

Semoga, pemilu selanjutnya metode ini dapat di terapkan agar kita terhindar dari kecurangan dalam proses rekapitulasi suara seperti yang saat ini terjadi…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun