Mohon tunggu...
Intan Daswan
Intan Daswan Mohon Tunggu... -

Seorang yang sedang belajar merangkai kata, mengungkap rasa, tuk jadi sebuah karya yang bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Untukmu Ibu] Cintamu Menguatkanku

23 Desember 2013   09:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:35 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

No. Peserta: 242

Mamah, kau selalu membuatku tersenyum setiap hari. Kau juga bisa membuatku tetap berdiri tegak ketika aku lemah. Kau mampu membantuku untuk bangkit dari keterpurukan. Kau menjadikanku bersemangat menjalani hidup ini.

Meski kau tak pernah banyak bicara. Namun, ketika kata terucap darimu, seakan hati ini tersiram air kedamaian. Ketika bahasamu mengurai makna, aku tak sanggup tuk menolaknya. Kata-katamu bagaikan mantra, bahasamu penuh rasa. Kau selalu berucap dari hati. Bahkan tatapan matamu telah menyampaikan pesan cinta untukku.

Mamah, penampilanmu begitu sederhana. Wajahmu tak pernah tertutupi make up tebal. Tubuhmu tak pernah terbalut pakaian mewah. Namun kecantikanmu tetap terpancar dari senyum yang selalu menghiasi wajahmu.

Meski penampilanmu sederhana, namun kau tak pernah mencintai orang lain dengan sederhana. Kau ajarkan padaku kalau cinta itu tak sesederhana mengucapkan. Cinta sejati itu butuh perjuangan dan pengorbanan. Lakumu mengajarkanku tentang makna sebuah pengorbanan dan keikhlasan.

Aku belajar banyak darimu tentang cinta. Kau selalu mencintai semua orang karena Sang Pencipta. Meski tak jarang kami menyakiti hatimu. Kami balas air susu dengan air tuba. Namun, kau tak pernah menghapus cinta itu untuk kami. Bahkan setiap saat cintamu semakin terasa.

Mamah, kau rela tinggalkan segala kesenangan dunia demi mengurus suami dan anak-anak. Kau ikhlas dirimu dijauhi teman-teman karena tidak pernah berkumpul dengan mereka. Kau lepaskan pekerjaanmu demi suami dan anak-anak. Kau habiskan seluruh waktumu untuk menemani kami dengan cinta yang tak bertepi.

Mamah, kau juga tidak pernah mengeluh ketika tahu aku mengidap satu penyakit. Kau pun juga tidak pernah merasa lelah merawat dan menemaniku menjalani hidup dengan bom waktu rasa sakitku.

Masih terekam jelas dalam ingatanku, ketika kau rela menggendongku kemana-mana karena fisikku terlalu lemah. Kau juga tak pernah bosan membawaku ke beberapa dokter dan rumah sakit demi kesembuhanku. Jiwa dan ragamu senantiasa berada di sampingku.

Tanganmu tak pernah berhenti mengusap tubuh ini memberikan ketenangan dalam kecemasan hatiku. Hampir setiap malam, ketika aku enggan untuk memejamkan mata, karena rasa sakit yang luar biasa, kaulah yang selalu meyakinkanku kalau aku pasti bisa terlepas dari penyakitku. Kau sering mengatakan kalau kekuatan keyakinan dan doa itu bisa mengalahkan segalanya.

Mamah, kau adalah sosok yang selalu memotivasiku untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik. Meskipun fisikku lemah, tapi kau ingin kecerdasanku lebih dari yang lain. Kau selalu meyakinkan aku, kalau aku ini anak yang cerdas. Kau ucapkan itu setiap saat, hingga tertanam dalam pikirku.

Dalam kelemahan fisik, kau temani aku untuk menggapai mimpi. Meski aku sempat berpikir, tak mungkin semua yang aku impikan itu tercapai. Tapi, dengan semangat darimu, aku tak pernah lagi memikirkan kelemahanku. Aku berkaca pada apa yang kau lakukan.

Kau temani aku menghabiskan waktu dengan belajar. Layaknya seorang guru di sekolah, kau menjelaskan apa yang tidak aku mengerti. Meski kau selalu mengatakan jika kau tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi, tapi bagiku kau adalah sosok ibu yang sangat cerdas.

Tak pernah terbayangkan olehku, kalau aku bisa mendapat peringkat 3 besar di sekoah, meskipun aku jarang masuk karena penyakit yang terus menyapaku di setiap saat. Nilai-nilaiku bisa mengalahkan teman-temanku yang rajin datang ke sekolah. Pengetahuanku lebih dibanding yang lain karena kau tanamkan kebiasaan membaca padaku.

Dan itulah salah satu alasan yang membuatku semangat untuk sembuh. Saat itu, aku selalu berdoa. Aku berbisik pada Sang Pencipta. Aku masih ingin melihat senyummu ketika aku terbangun di pagi hari, aku masih ingin merasakan sentuhan lembut jemarimu. Aku juga masih ingin merasakan hangatnya dekapan manja darimu. Aku ingin selalu di sampingmu.

Mamah, kau seperti udara yang terus dibutuhkan oleh setiap jiwa yang menginginkan kehidupan. Kau juga seperti mentari yang terus menyinari, meski malam tiba, cahayanya pada bulan tetap menyinari bumi. Ketika kau tak bisa bersinar di satu sisi, kau akan bersinar di sisi yang lain.

Mamah, kau memang bukan seorang dokter, tapi caramu merawatku, membuatmu lebih dari seorang dokter spesialis sekalipun. Kau bukan pula seorang guru, tapi caramu mengajariku, membuatmu lebih dari seorang guru besar. Bagiku, kau juga seorang motivator yang hebat. Kau mampu memberikan motivasi yang luar biasa dalam hidupku.

Mamah, doamu terus mengiringi setiap langkahku. Cintamu mungkin tak terucap. Namun, caramu memperlakukanku sudah lebih dari sejuta ucapan cinta. Ketika aku lemah, kau yang menguatkanku. Ketika aku berhenti karena tak sanggup melangkah, kau setia berada disamping untuk membimbingku.

Aku tahu kau pun manusia biasa. Kadang kau tertawa dalam bahagiamu, dan kadang kau menangis dalam kesedihan. Namun, kau tak kan membiarkan air matamu terjatuh hanya untuk hal yang sepele. Hanya dalam doa kau ikhlaskan tangismu menyapa.

Aku tahu ragamu rapuh, namun jiwa dan hatimu begitu kuat sekuat batu karang. Meski badai dan ombak menerjang, kau akan tetap tangguh dan senantiasa memberikan yang terbaik bagi orang-orang disekitarmu.

Ketika fisikmu terasa lelah atau sakit, kau tak pernah menebar keluh kepada kami. Meski sering kami memaksa dirimu untuk berobat, kau tidak pernah mau menyulitkan kami. Bagimu melihat kami bahagia dan sukses adalah obat yang paling ampuh.

Mamah, aku sadar, kasih sayangmu tak kan pernah putus dan tak kan hilang ditelan zaman. Cintamu padaku tak kan mungkin bisa aku balas, meski aku berikan bukit emas dan istana berlian sekalipun Seribu bahasa tak kan sanggup mengungkap rindu dan cinta kepadamu.

Mamah, tidak ada satu alasan pun untuk membencimu. Tak layak bagiku untuk membuatmu marah. Tak pantas bagiku untuk membuatmu bersedih. Melihat air matamu terjatuh karena ulahku adalah sebuah kesalahan yang tak pernah aku maafkan. Tak akan kubiarkan satu orang pun menyakitimu.

Aku harus mengatakan, kalau aku sangat beruntung dititipkan Tuhan kepadamu. Merasakan ketenangan dari mulai berada dalam perutmu hingga aku terlahir ke dunia. Kau adalah wanita terhebat yang pernah aku lihat. Wanita yang tak pernah menuntut apaun dari orang-orang di sekitarmu. Cintamu bagai lautan tak bertepi.

Mamah, aku selalu berpikir, apa aku bisa menjadi wanita yang hebat sepertimu? Wanita yang tahu untuk apa dirinya diciptakan. Wanita yang tak pernah lupa akan fitrahnya. Wanita yang selalu memberi makna bagi sesama. Wanita yang senantiasa menebar cinta dan kasih sayang tanpa pernah letih sedikit pun.

Namun, aku selalu berdoa, jika suatu saat aku jadi seorang ibu, aku akan berusaha sehebat dirimu. Seorang wanita yang tidak pernah mengeluh. Seorang istri yang senantiasa menenangkan suaminya. Seorang ibu yang selalu dinanti dan dirindu oleh anak-anaknya.

Mamah, aku ingin senantiasa menjadi perantara kebahagiaan untukmu. Aku ingin apa yang kau inginkan dariku, bisa aku berikan. Aku rela melakukan apapun demi dirimu. Meski aku sadar, ini belum seberapa dibanding semua pengorbananmu untukku selama ini.

Mamah, aku ingin setiap apa yang aku lakukan ada dalam ridhomu. Aku ikhlas melepaskan apapun jika kau tidak setuju dengan itu. Aku akan terus berusaha untuk tidak menentang apa katamu. Aku ingin kau tidak pernah menyesal meminjamkan rahimmu untuk aku tinggali.

Mamah, terlahir dari rahimmu ialah suatu anugerah yang tak ternilai. Merasakan pelukan hangat dan juga kecupan manis bibirmu membuatku semakin mengerti arti hadirku di dunia ini. Memandangmu adalah sebuah kenikmatan yang tak bisa terganti dengan apapun. Berada di sampingmu adalah saat paling membahagiakan bagiku. Mendapat doa darimu adalah kekuatan hidup yang luar biasa.

Mamah, aku ada karena kau pun ada. Kaulah yang senantiasa mencintaiku dengan tulus. Aku bersyukur dapat merasakan cinta darimu, karena cintamu menguatkanku.

Like sun, brights the world

Like rain, waters the plant

You always smile in your sadness

You are very strong in weakness

Everything you said, make me happy

Everything you did, give me a good example

Oh, my beloved mother............

I just want to say

Thank you so much

For all your kindness

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community: http://www.kompasiana.com/androgini

Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community: http://www.facebook.com/groups/175201439229892/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun