Teu Nyawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas
Teu Boga Beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar
Teu Dahar Asal Kuat
(Tidak punya sawah tapi punya padi, tidak punya padi tapi punya beras
Tidak punya beras tapi bisa masak, tidak masak tapi bisa makan
Tidak makan tapi tetap kuat)
Sebuah filosofi hidup yang sederhana, namun memiliki makna yang luar biasa. Filosofi yang sampai sekarang masih tetap dipegang teguh oleh setiap masyarakat di Kampung Adat Cireundeu. Kampung yang terletak di sebelah selatan kota Cimahi ini memang menyimpan banyak cerita.
Daerah ini diapit oleh 2 wilayah, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung. Jumlah penduduk yang mendiami wilayah ini sekitar 300 Kepala Keluarga, dan hanya 71 Kepala Keluarga yang masih memegang tradisi leluhur.
Kampung Cireundeu sebenarnya masih keluarga dengan leluhur mereka yang tinggal di Kuningan, Jawa Barat. Menurut cerita salah satu penduduk yang tinggal di sana, kedua daerah ini berasal dari leluhur yang sama.
Penduduknya pun masih memegang erat tradisi leluhur menganut kepercayaan Agama Sunda. Meskipun, kepercayaan yang mereka yakini ini belum diakui sebagai salah satu agama di Indonesia. Itulah sebabnya, di kartu identitas penduduk Kampung Cireundeu, sengaja diberi strip (dikosongkan).
Yang menarik dari kampung adat Desa Cireundeu ialah kebiasaan penduduknya yang tidak mengkonsumsi nasi (beras). Mereka menjadikan singkong sebagai bahan makanan pokok. Janganlah kaget ketika kita berkunjung ke Desa Cireundeu, kita akan disuguhi berbagai penganan yang terbuat dari singkong.
Kita bisa menjumpai nasi yang terbuat dari singkong, dendeng kulit singkong, egg roll singkong dan masih banyak penganan unik lain yang terbuat dari singkong.
Itulah kekhasan Desa Cireundeu. Ditengah keteguhan dengan kepercayaan dan budaya leluhur, mereka merupakan satu komunitas yang telah membantu mensukseskan salah satu program Provinsi Jawa Barat, bahkan Indonesia, yaitu program Sehari Tanpa Nasi. Dan bahkan mereka tidak hanya melakukannya sehari, namun setiap hari mereka sama sekali tidak mengkonsumsi nasi.
Kampung Adat Cireundeu benar-benar mencerminkan keindahan dan kehebatan pola pikir masyarakatnya. Pola pikir yang masih mengedepankan keseimbangan alam. Dan sikap inilah yang akan membantu menyembuhkan bumi yang sedang sakit. Keteguhan mereka untuk tetap mengkonsumsi singkong sebagai makanan pokok merupkan bukti dari kecerdasan mereka mengolah dan mencintai alam. Kearifan lokal yang tidak akan kita temui di tempat yang lain.
Kampung adat Desa Cireundeu sebenarnya sudah selangkah lebih maju dari kita yang katanya berpikiran modern. Mereka jauh lebih cerdas dalam memahami alam. Oleh karena itu, keberadaan kampung adat Desa Cireundeu haruslah tetap dijaga. Sudah selayaknya tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata budaya, salah satunya oleh Indonesia Travel, sesuai dengan slogannya “Wonderful Indonesia”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H