Mohon tunggu...
Mamik Rosita
Mamik Rosita Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Supervisor, Praktisi Pendidikan

Blok ini berisi tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Literasi Dan Numerasi Merupakan Sebuah Keniscayaan

27 Oktober 2021   09:19 Diperbarui: 27 Oktober 2021   09:33 1499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ANBK tahun 2021 jenjang SMP dan SMA sederajat telah usai digelar. Untuk jenjang SD/MI sedang dalam tahap simulasi. Bermacam reaksi atas pelaksanaan ANBK kemarin, baik dari sisi teknik maupun soal AKM literasi dan Numerasi. Artikel kali ini akan lebih fokus membahas pada reaksi terhadap soal AKM literasi dan numerasi. 

Beberapa kesan dari guru yang bertugas sebagai pengawas dan proktor maupun dari sisi siswa terhadap soal AKM yang mereka hadapi. Ketika penulis menanyakan kepada guru, mereka mengatakan bahwa sebagian besar siswa kaget dan bingung dalam menjawab soal AKM, baik literasi maupun numerasi. Bahkan ada guru yang mengatakan bahwa beberapa siswanya terlihat frustasi saat mengerjakan soal. Dari sisi siswa, mereka mengaku sempat Pusing saat membaca soal dan beberapa siswa mengaku tidak membaca stimulus sampai tuntas dan menjawabnya seadanya. 

Kesan dan permasalahan yang dihadapi siswa dalam pelaksanaan AKM tahun 2021 ini menjadi sebuah Tantangan bagi guru, kepala dan juga pengawas. Tantangan itu harus ditaklukkan oleh para praktisi pendidikan tersebut agar siswa lebih siap dalam menghadapi pelaksanaan AKM tahun depan. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab permasalahan tersebut terjadi. Hal tersebut antara lain:

1. Budaya Literasi Siswa masih Lemah 

Ada yang menggelitik dengan kesan siswa saat pelaksanaan AKM kemarin, terutama AKM literasi. Beberapa siswa mengaku mereka Pusing saat membaca soal literasi dengan stimulus berbagai teks yang panjang. Belum lagi saat menjawabnya. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa budaya Literasi baca tulis siswa masih lemah. Siswa tidak terbiasa membaca informasi- informasi dalam teks tersebut. Padahal budaya Literasi sudah diinstruksikan pemerintah melalui permendikbudnya. Pada permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan Budi pekerti, ada point2 anjuran kembiasakan membaca buku non teks di awal pelajaran. Pun gerakan literasi sekolah (GLS), dengan tahapan pembiasaan, pengembangan dan Pembelajaran sudah didengungkan sejak tahun 2017. Namun kenyataannya, masih banyak sekolah yang belum melaksanakan. Ada yang sudah melaksanakan namun keberlanjutannya melemah. Ada sekolah yang sudah menyiapkan sarana, bahkan sudut baca sudah ada namun implementasinnya masih lemah. 

Hal ini merupakan sebuah PR bagi pemerintah, bagaimana supaya GLS menjadi sebuah program yang berkelanjutan serta merata pada semua sekolah. Ada pengontrolan yang tersistem juga agar program bisa terlaksana secara efektif. 

Program GLS ini tentu saja bukan hanya tanggung jawab kepala sekolah, namun seluruh stakeholder di sekolah. Guru juga memegang peranan penting dalam pengimplementasiannya. Terutama pada tahap literasi pembelajaran. Karena AKM literasi merupakan sebuah asesmen yang menjadi bagian dari pembelajaran. AKM literasi akan berhasil dan efektif apabila proses pembelajarannya juga terintegrasi literasi sebagai sebuah upaya pembiasaan dan pembentukan karakter berpikir kritis serta pemecahan masalah.

2. Siswa belum Terbiasa dengan Soal Berbagai Bentuk dan Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi

Tidak bisa dipungkiri bahwa siswa kita masih belum terbiasa dengan soal yang HOTS apalagi disertai dengan Stimulus soal yang panjang. Selama ini sebagian besar siswa kita terbiasa dengan soal pendek, tanpa stimulus dan mencakup Ketrampilan Berpikir tingkat rendah. Bentuk soalnya pun selama ini monoton, pilihan Ganda sederhana, jawaban singkat atau uraian. Sedangkan pada soal AKM, siswa dihadapkan pada soal dengan Stimulus yang panjang, menuntut siswa Berpikir tingkat tinggi dengan bentuk yang Beragam. Soal dengan pilihan Ganda kompleks dengan banyak alternatif jawaban menuntut siswa cermat dan Berpikir kritis. 

3. Siswa belum terbiasa dengan Numerasi 

Numerasi merupakan literasi dasar yang harus bisa dikuasai oleh siswa abad 21 ini diantara 6 literasi dasar lainnnya (baca tulis, numerasi, digital, sains, budaya dan kewarganegaraan serta finansial). Namun numerasi bukanlah matematika. Numerasi merupakan pemberdayaan konsep dan Ketrampilan matematika dalam pemecahan masalah yang ditemui siswa dalam kehidupan sehari- hari. Konsep dan Ketrampilan matematika sudah lumrah dikuasai siswa, namun bukan berarti siswa kita sudah numerat. Terbukti dalam penyelesaian soal AKM numerasi kemarin, siswa mengaku mengalami banyak kesulitan dalam menetapkan tols matematika untuk penyelesaiannya. Ini juga merupakan sebuah Tantangan bagi guru, kepala sekolah dan pengawas untuk lebih memaksimalkan persiapan AKM tahun berikutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun