sinar mentari pagi ini terasa hangat, tidak seperti hari-hari yang lalu. pagi ini mentari menyunggingkan senyum ramah pada dunia. dedaunan terasa segar bermandikan air embun. ranting-ranting kokoh di duduki burung, melompat-lompat bercengkrama dengan pasangannya. kicauan burung mengalun merdu bak paduan suara, alam pedasaan tak lagi sepi, ramai.
kicauan burung yang sedang bersanda gurau dengan pasangannya memebuat suasana dipekarangan marno tak lagi hampa. Daun-daun tak lagi bergoyang tanpa irama. sorot matahari menjadi sorot lampu konser burung-burng dipagi hari. banyak burung-burung dipekarangan marno tak tau apa namanya.
marno duduk dikursi depan rumah menatapi burung-burung itu. ah, andai saja burung itu menurunkan kebahagiaannya padaku. gerutu marno menghamba kepada burung. nasib marno akhir-akhir ini memang sedang buruk. keluarga kesayangannya tak lagi berkumpul entah untuk berapa lama. istrinya yang tiap pagi setia membuatkan kopi untuknya kini pergi. pergi dengan kedua anaknya. tak ada lagi yang merengek minta duit.
"kang marno, selamat pagi".. sapa salah seorang teman marno yang selalu setia melewati jalanan depan rumah marno. dengan sepeda untanya dia pergi menuju pekarangan pinggir rumah. pohon-pohon kelapa dipanjatnya untuk diambil nira.
marno hanya mengangguk malas menanggapi sapaan temannya. marno masih saja diam ditempatnya, duduk dikursi malas depan rumah. mulutnya komat kamit membaca kalim suci, berharap ganjaran didapat. subhanalloh.. shollalloh alamuhammad..
"assalamualaikum".. seorang tamu datang. seorang bertubuh besar, pakain necis berdasi. mata marno sejenak mengawasi tamu itu.
"wa'alaikum salam, mari silahkan" marno mempersilahkan tamunya untuk duduk dikursi yang tersedia didepan rumahnya. sitamu dengan gagahnya memencet tombol pengunci mobilnya yang telah terparkir didepan rumah marno. wah, mobil mahal tak begitu bersuara.
marno dan tamunya duduk berhadap-hadapan dipisahkan dengan meja dari kayu tak berukiran. diddepan rumah marno biasa melayani tamu-tamunya, ada yang datang untuk sekedar meminta air asma, atau dengan keperluan yang lain. ruang tamu marno akan penuh ketika musim pemilihan desa. orang-orang yang berkepentingan berdatangan dengan tujuan kemenangan dengan wasilah dari marno.
"ada apa mas, pagi-pagi sekali sudah mampir di gubukku ?" marno membuka obrolan.
"anu mas" . ragu-ragu dia untuk meneruskan lakonnya pada marno. "gimana yah kang"..
"sudah biasa saja , jangan malu pada saya lagian toh gak ada yang lain" . "ya sudah, saya ambilkan minum dulu ya mas." . marno membiarkan tamunya untuk mengumpulkan keberanian mengungkapkan maksudnya. marno pergi kebelakang membuat air minum untuk tamunya dan juga dirinya. marno teringat istrinya, biasanya dialah yang menyuguhkan minuman untuk tamunya. kini dia sendiri.
"silahkan mas diminum" .. teh hangat yang telah tersedia dimeja diminumnya.
"gini kang marno. saya ini seorang pengusaha rokok di desa C akhir-akhir ini perusahaan kami mendapat masalah, penghasilan kami menurun." marno mendengarkan, raut wajahnya ditata seakan hanya masalah kecil yang dihadapi.
"ini menyangkut keberlangsungan perusahaan kang, banyak pegawai yang bergantung dengan perusahaanrokok ini"