berdirinya aku ditempat ini pastinya tidak lepas dari puing-puing dialektika sejarah masa lalu. masa laluku dan juga orang tuaku yang berperan penting pijakan kaki saat ini dan ditempat ini. gambaran-gambaran ide dalam kepala, kesadaran akan realitas terbentuk dari tukang bernama sejarah. apa yang dialami oleh masa lalu terkotak-kotak dalam tempurung sehingga membentuk kesadaran pada realitas. bumi bulat tanpa bukti hanya keyakianan dari guru yang katanya berasal dari penelitian ilmiyah, dan masih banyak lagi keilmuan yang menjadi keyakianan / kebenaran.
pengetahuan berevolusi menjadi keyakinan. hal ini terjadi dari proses dialektik sejarah, tapi sejarah yang menjadi pembentuknya dilupakan begitu saja. seperti halnya keyakinan pada suatu kelompok tertentu yang dipilih, kefanatikan tanpa disadari akan muncul, apalagi mayoritas lingkungan berwarna sama. kefanatikan atau ta'ashub secara alami muncul dan kesadaran tertutup. ketertindasan pada kaum minoritas dianggap hal yang wajar. syiah dikleim sesat misalnya klaim sesat yang dialamatkan tanpa tahu asal usulnya pada awal sejarah islam dilupakan dan bahkan lawannya (syiah) dengan enteng mendepaknya dari kemanusiannya (dianggap manusia asing). dalih merusak aqidah yang dijunjung tinggi (oleh mereka) dipakai untuk membinatangkan mereka. sungguh aneh agama yang mestinya digunakan untuk merubah kebinatangan manusia tapi malah digunakan untung membinatangkan manusia lain.
perbedaan adalah keniscayaan, perbedaan bukan alasan mengucilkan manusia lain. perbedaan tidak dimaknai sebagai kekurangan. perbedaan hanya proses sejarah yang membentuk..
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI