Solo -- Eliminasi urine merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia pada pasien yang harus dipenuhi dengan pasien di Rumah Sakit. Eliminasi urine merupakan Pengeluaran melalui saluran kencing berupa urine tubuh dibersihkan dari bahan -- bahan yang melebihi kebutuhan badan dari produk buangan (Kotoran). Anatomi fisiologi  eliminasi urine meliputi Ginjal, Ureter, uretra, kandung kemih dan saluran kemih.
Fungsi dari ginjal antara lain mengatur kesimbangan asam basa, mengatur keseimbangan elektrolit, ekskresi bahan buangan metabolisme, fungsi hormonal dan menyaring racun dalam darah. Sedangkan ureter merupakan saluran yang mengalirkan urine dari ginjal menuju ke vesica urinaria atau kandung kemih. Fungsi kandung kemih disini adalah dimana menampung urine yang keluar dari ureter kemudian diteruskan menuju ke uretra.
Komposisi urine normal didalam tubuh adalah sebesar 96% berupa air dan 4% berupa larutan.
Didalam proses eliminasi urine terdapat hormon yang mengaturnya yaitu antara lain rasa dahaga, hormon ADH, Aldosteron, Prostalglandin dan Glukokortikoid. Proses rasa dahaga bisa terjadi adalah dimana terjadi penurunan ginjal yang merangsang pelepasan renin yang pada akhirnya menimbulkan produksi Angiotensin II didalam tubuh yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus. Pada osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi dahaga.
Cara pengeluaran cairan didalam tubuh manusia terdiri dari 4 pengeluaran yaitu melalui Ginjal, kulit, Paru -- paru dan gastrointestinal. Sedangkan kebutuhan cairan yang berfungsi untuk pengaturan elektrolit terdiri dari : Natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, bikarbonat dan fosfat.
Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji menyampaikan dalam proses eliminasi urine pada pasien Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Pada pasien dirumah sakit dikarenakan harus menjalani rawat inap maka proses pasien dalam berkemih harus dibantu oleh perawat maupun keluarga. Alat bantu dalam proses berkemih pada pasien di Rumah Sakit yaitu apabila pada laki -- laki menggunakan urinal, sedangkan pada pasien perempuan menggunakan pispot. Eliminasi urine pada pasien dirumah sakit harus dipenuhi oleh perawat dirumah sakit, dikarenakan apabila tidak bisa dipenuhi maka akan menjadi gangguan pada eliminasi urine pasien. Hal ini maka akan berdampak pada kesehatan pasien serta proses penyembuhan pasien selama menjalani rawat inap di Rumah Sakit. *Red
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H