Kesurupan Berjamaah
Kapan terakhir kali kamu melihat album foto?Â
Sesuatu yang mewah untuk saat ini, cara singkat berwisata masa lalu, atau mungkin kamu sama sekali belum pernah melihatnya!?Â
Dan saat ini aku sedang melihat album foto sesama SMA, sekitar tahun 2012 pada saat itu aku kelas 3 atau IX, foto yang sedang kuamati adalah foto kami di depan Joger Pabrik Kata-kata. Terlihat kami riang sekali berfoto di depan toko oleh-oleh terbesar di Pulau Dewata, ada juga foto kami di depan bus dengan spanduk yang ditempel di samping bus bertuliskan "SMAN 01 Bervakansi ke Bali".Â
Oh iya, aku punya cerita dengan bus yang kami naiki pada saat ke Bali, cerita yang tak pernah kulupakan, dan rasanya sulit mengubur ingatan itu. Ini adalah kunjungan pertamaku ke Bali, tentu aku sangat antusias menyambutnya, semua kupersiapkan dengan matang. Sampai pada saat hari keberangkatan, malamnya aku tidak bisa tidur ingin segera pagi dan menikmati perjalanan ini.Â
Suasana seketika mencekam, ketika ada salah satu dari kami berteriak dan menendang kursi-kursi yang ada di depannya. Silvi yang duduk dua kursi di depanku membuat suasana menjadi berbeda, yang semula hening dalam keadaan tidur dalam gelap. Setelah seharian kami berkaraoke di dalam bus penuh riang canda tawa.
"aaarghhh... sopo kon!!!? (aaaarghh...siapa kamu!!?)"Â
Suara teriakan dari belakang, itu adalah Dimas. Belum selesai dengan Silvi dan Dimas, kembali dari kursi seberangku mengerang tak jelas, kali ini Risma. Suasana semakin ramai. Pak Endro yang duduk di depan mencoba menenangkan siswa-siswinya, beberapa melafalkan doa-doa dan surat pendek, atau apapun yang membuat suasana mereda. Alas Purwo, Pak..." kata pak supir sambil melihat ke belakang. "Waduh, piye iki. ini semakin banyak pak yang kesurupan, apa ya ndak kita menepi dulu biar pada istirahat?" minta Pak Endro untuk beristirahat di rest area terdekat.Â
Tidak ada perubahan, urung mereda malah semakin banyak yang kesurupan. "Pak...kita sekarang lagi lewat kawasanBeberapa saat kemjudian setelah melewati hutan panjang, terlihat ada lampu menyala dan beberapa warung yang bisa dijadikan tempat istirahat. Pak supir memasuki rest area dan memarkirkan busnya, saat itu memasuki pukul 11 malam. Memang bukan rest area besar, tapi ini adalah pilihan terbaik saat keadaan darurat seperti ini.Â
Lalu bagaimana kabar temanku yang kesurupan? Masih dan bertambah. Mereka masih mengerang dan beberapa teman lainnya memegang erat agar tidak merusak sekitar. Dari bus depan keluar Pak Imran, seorang guru agama yang "bisa" berkomunikasi dan masuk ke dalam bus kami. Ia lafalkan doa dan ayat sambil mengusap wajah teman-teman kami yang kesurupan. Tidak ada yang mereda, kami yang masih sadarkan diri diminta untuk turun dari bus dan beristirahat di luar atau di warung-warung yang ada. Sedangkan beberapa teman kami yang kesurupan tetap berada di dalam bus, agar tidak lari dan membahayakan diri.Â
Aku hanya duduk di bangku kayu dan menatap teman-temanku yang masih di dalam bus, mereka semakin menjadi, teriakan saling bersahutan seolah berkomunikasi satu sama lain, semua lampu dibiarkan menyala beserta lafalan doa-doa.Â