Gerakan Ruang Berbagi Ilmu (RuBI) menggelar lokakarya kreatif bagi para guru di di SMPN Model Terpadu Jalan Raya Sukowati Nomor 00, Bojonegoro, Sabtu, 12 November 2016.
Kegiatan bertema “Menjadi Guru Kekinian” ini diikuti 68 orang guru tingkat dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Kabupaten Bojonegoro.
Ruang Berbagi Ilmu (RuBI) merupakan gerakan kerelawanan yang mengajak para profesional dari pelbagai latar belakang,untuk terjun langsung dalam usaha peningkatan kualitas tenaga pendidik di seluruh Indonesia. Selama satu hingga tiga hari, para profesional, diajak hadir ke daerah untuk melakukan pelatihan dan pendampingan kepada guru, kepala sekolah, maupun tenaga pendidik lainnya, mengenai sebuah materi tertentu.
Sebanyak 12 relawan nasumber membagikan materi Brain Based Teaching dan Multiple Intelligences kepada para peserta. Kegiatan ini diselenggarakan 20 relawan panitia lokal dan diabadikan lima relawan dokumentasi.
Para relawan tersebut berasal dari Jakarta, Surabaya, Semarang, Solo, Bekasi, Yogyakarta, Bandung, Tuban, dan Bojonegoro sendiri.
“Guru kekinian itu bukan hanya menguasai teknologi informasi, tapi juga berpikiran terbuka terhadap metode yang lebih tepat untuk diterapkan pada generasi masa kini,” katanya.
Suyoto, Bupati Bojonegoro, yang membuka kegiatan ini mengatakan, profesi guru itu seperti bisnis. Pendidik itu bisnisnya mengubah orang lain, membuat orang lain mau berubah. “Jadi setelah kita ketemu orangnya gak berubah, berarti kita gagal berbisnis. Memberi pengetahuan, menginspirasi, mendorong orang belajar, mendorong dia berinteraksi dan menemukan role model dari diri kita,” katanya.
Nafisathiz Zubaidah guru SMP Al Maliki mengatakan, dirinya mengikuti acara ini agar mendapatkan pandangan baru bagaimana menghadapi muridnya. “Anak SMP kan masih labil, butuh banyak perhatian. Cara menghadapinya juga harus lebih kreatif,” ujarnya.
Sementara Ridwan Agung Asmaka guru SLB-B Putra Harapan Bojonegoro mengatakan, setelah mengikuti kegiatan ini, dirinya menemukan strategi baru untuk mengajar murid-muridnya yang tuna rungu. “Saya merasa tertantang bagaimana menerapkan apa yang saya dapatkan ke anak berkebutuhan khusus,” katanya.
Saat jeda, para guru peserta dan relawan membaur menjadi satu dan beramai-ramai menikmati potluck yang mereka bawa. Ada yang membawa rujak, gorengan, umbi-umbian, pisang, makanan ringan lainnya sehingga nuansa kekeluargaan sangat terasa.