Tenjo, salah satu dari banyak kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor. Sebuah kecamatan yang letaknya cukup terpencil. Berada di perbatasan antara Bogor dengan Banten, membuat Tenjo cukup terabaikan karena jauh dari puas Kota Bogor. Kecamatan dengan mayoritas penduduk aslinya adalah seorang petani ini merupakan sebuah kecamatan yang tidak terlalu padat. Masih banyak sawah-sawah yang terhampar luas dan juga pepohonan yang melambai-lambai lebat.
Membutuhkan usaha yang cukup keras untuk bisa sampai ke kecamatan ini. Dari tidak adanya angkutan umum sampai jalanan yang berlubang-lubang menjadi alasan mengapa cukup sulit untuk bisa menelusuri keseluruhan Kecamatan Tenjo ini. Berada di pinggiran kota Bogor, kecamatan Tenjo ini menjadi salah satu jalur alternatif bagi angkutan-angkutan industri yang mayoritas bermuatan tidak ringan. Selain itu, karena jauh dari jangkauan pusat, kecamatan ini pun tidak mendapatkan perhatian khusus dari pusat dan menjadikan kecamatan ini langka akan fasilitas.
Walaupun Kecamatan Tenjo terletak cukup jauh dengan pusat Bogor, namun tetap saja kebudayaan yang kental di kecamatan tersebut adalah budaya asli kota hujan, budaya Sunda. Wayang golek, lawakan, pertunjukan topeng, jaipong, marawis, dan pertunjukan ala Sunda lainnya masih kerap kali dilakukan di Kecamatan Tenjo ini. Meskipun pertunjukkan-pertunjukkan tersebut hanya ditampilkan ketika ada acara-acara khusus saja seperti pesta ulang tahun, pesta perkawinan, dan pesta-pesta lainnya, namun pertunjukkan-pertunjukkan tersebut tidak pernah benar-benar mati dan ditinggalkan oleh masyarakat Kecamatan Tenjo. Namun memang Tenjo tidak pernah menggelar sebuah acara khusus yang menampilkan pertunjukkan budaya. “Ngga ada tuh pertunjukkan yang khusus untuk nunjukin budaya di Tenjo,” kata Bachtiar, lelaki 35 tahun yang merupakan salah satu warga Kecamatan Tenjo.
Selain budaya Sunda, kecamatan Tenjo juga terkenal dengan masih kentalnya budaya Cina di kecamatan tersebut. Hal tersebut dibuktikan oleh Vihara Kesadaran Tridharma, vihara yang terletak di Jalan Raya Cilaku, Desa Cilaku, Kecamatan Tenjo. Vihara tersebut selalu mengadakan pertunjukkan-pertunjukkan di acara-acara keagamaan mereka. Pertunjukkan yang biasa mereka perlihatkan adalah permainan barongsai. “Kalo untuk perayaan sih pasti ada. Seperti saat ulang tahun Panglima Cina, Hari Raya Imlek, dan sebagainya. Terakhir kali saat Januari lalu, kita sampai keliling-keliling daerah sekitar sini sambil nampilin barongsai dan penampilan lainnya. Jalanan sampai ditutup, masuk ke koran Radar Bogor juga,” kata Mpih, pria 54 tahun yang merupakan seorang penghulu di vihara tersebut. Setiap tiga kali seminggu, Vihara Kesadaran Tridharma ini selalu mengadakan latihan dengan sang naga di halaman yang terletak di depan vihara. Selain sebagai pertunjukkan adat, barongsai dari vihara ini juga kerap kali mengisi acara ulang tahun pesanan masyarakat Tenjo.
Selain itu, setiap hari Minggu, vihara ini selalu dipadati oleh para jemaah yang beribadah. Vihara yang berdiri pada tahun 1990-an lalu itu mengaku masih menjalankan budaya Cina tersebut karena tradisi. “Kami masih menjalankan kebudayaan Cina di Tenjo ini karena memang sudah tradisi,” ungkap Rudi. Pria berusia 42 tahun ini mengemban posisi sebagai ketua kepengurusan di Vihara Kesadaran Tridharma. Vihara ini mayoritas dikunjungi oleh masyarakat dari desa-desa yang ada di Kecamatan Tenjo.
Meskipun Kecamatan Tenjo dihuni oleh masyarakat dengan budaya yang berbeda, namun toleransi agama yang ada di Kecamatan Tenjo sangatlah kuat. “Kalo di Tenjo, mayoritas agamanya masih campur aduk. Ada yang Islam, ada yang Kristen, dan lain-lain. Ada bahkan terjadi di satu rumah itu, berbeda-beda agamanya antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain. Tapi mereka tetap akur,” ujar Bachtiar. Bagi Tenjo, perbedaan agama bukanlah sebuah hal yang patut dibesar-besarkan. Terbukti dari tidak pernah adanya perang antar agama di Tenjo. Masing-masing agama saling menghargai satu sama lain. Selain itu, kepercayaan akan hal gaib di Tenjo juga masih kuat. “Banyak kejadian ada penyakit yang bukan karena penyakit, tapi karena dikasih orang,” ujar Bachtiar lagi.
Tenjo adalah sebuah kecamatan yang unik meskipun dengan letaknya yang cukup terpencil. Jauh dari pusat kota Bogor tidak membuat Tenjo lantas meninggalkan budaya nenek moyang mereka, Sunda dan juga Cina. Meski hidup berdampingan, kedua budaya tersebut tetap hidup dalam damai tanpa ada perseteruan besar-besaran. Tentunya, toleransi menjadi kunci utama mereka untuk tetap hidup bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H