Mohon tunggu...
Rahman Tunggal
Rahman Tunggal Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pria Suka Nulis

Rahman, pria paruh baya yang coba eksis di dunia penulisan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kasihani Para Perokok

25 Juli 2019   01:32 Diperbarui: 27 Juli 2019   11:21 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum lama ini, saya hampir saja celaka ketika mengendarai motor.Pasalnya tiba tiba saja ada setitik bara api melayang hampir mengenai wajah saya. Ternyata bara api itu datangnya dari rokok pelajar SMA yang mengendarai motor tepat di depan saya. Sontak saja saya marah lalu mengejar pelajar itu. "Hey, api rokok kamu hampir kena saya !" ucap saya setengah berteriak. Pelajar itu hanya mengangguk lalu menarik gasnya lebih keras. 

Tak mau kalah saya gas motor saya lebih keras hingga kembali bisa menyusul pelajar tadi. "Heh!..buang rokok kamu...buang!" kembali ucap saya dengan penuh kemarahan. Maka pelajar itu pun membuang rokoknya dan melaju meninggalkan saya jauh di belakang.

Ada rasa puas "mengalahkan"ego sang perokok, namun ada juga penyesalan. Apakah harus saya bertindak keras seperti tadi ? apakah saya sudah kelewatan ?

Alih-alih bertindak kasar,bukankah seharusnya kita mengasihani para perokok. Setidaknya ada tiga alasan mengapa kita perlu memberi belas kasihan kepada para perokok

1. Hidup para perokok terancam. Jamak diketahui, berbagai penyakit mengancam para perokok. Indonesia sendiri merupakan negara ketiga setelah China dan India, dalam kasus kematian akibat merokok

2. Ekonomi para perokok berada pada posisi rawan. Keuangan para perokok siap siap digerogoti biaya pengobatan penyakit yang ditimbulkan rokok. Para perokok juga tak jarang dihadapkan pada posisi tak mampu mengalokasikan keuangannya pada hal produktif karena pendapatannya lebih tersedot oleh kebutuhan membeli rokok. 

Sebagai contoh, usahawan kecil kecilan yang gemar merokok minimal bisa menghabiskan Rp.3.000.000/tahun untuk membeli rokok sedangkan usahawan kecil lain dengan Rp. 3.000.000 bisa mengikuti satu atau beberapa pelatihan dan pendampingan usaha. Mungkin disini dapat ditarik benang merah mengapa 70% perokok adalah kalangan ekonomi miskin.

3. Status perokok termarjinalkan oleh kebutuhan masyarakat pada lingkungan sehat. Bahkan saat ini para perokok lebih sering mendapati tempat yang melarang mereka untuk merokok. Termarjinalkan pula dalam arti masyarakat kini menempatkan perokok sebagai biang kerok penyebar penyakit yang menyebabkan orang lain menjadi perokok pasif dan terancam oleh berbagai penyakit.

So, siapkah kita mengasihani mereka para perokok dengan menyampaikan baik-baik kepada mereka secara terus menerus tentang bahaya rokok. Tak lupa kita dukung juga LSM maupun pemerintah yang tak henti hentinya mengingatkan masyarakat akan bahaya rokok.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun