Setahun kebelakang, UFS (Universal Flash Storage) sudah menjadi fitur standar yang diharapkan konsumen pada smartphone di rentang harga 2 juta rupiah ke atas. Fenomena ini telah mengubah ekspektasi pasar, sehingga ketika ada produsen yang masih menggunakan eMMC (embedded Multi-Media Controller) pada harga tersebut, timbul kritik yang signifikan. Sebagai contoh, Realme pada Seri C67nya.
Pergeseran standar ini menimbulkan pertanyaan: mengapa eMMC dianggap sangat tertinggal untuk smartphone di kelas harga 2 juta ke atas?
Alasan 1: Performa yang Jauh Tertinggal
eMMC (embedded Multi-Media Controller) memiliki kecepatan baca-tulis yang jauh lebih lambat dibandingkan UFS (Universal Flash Storage). Pada smartphone harga 2 juta ke atas, konsumen mengharapkan performa yang lebih baik, terutama dalam hal kecepatan aplikasi dan multitasking. eMMC dapat menyebabkan lambatnya loading aplikasi dan perpindahan antar aplikasi yang tidak mulus.
Alasan 2: Tidak Sesuai dengan Ekspektasi Harga
Konsumen merasa bahwa di rentang harga 2 juta ke atas, mereka seharusnya mendapatkan teknologi penyimpanan yang lebih modern. UFS sudah menjadi standar di kelas mid-range, sehingga penggunaan eMMC dianggap sebagai langkah mundur dan tidak sebanding dengan harga yang dibayarkan.
Alasan 3: Umur Pakai Perangkat yang Lebih Pendek
eMMC cenderung memiliki daya tahan yang lebih rendah dibandingkan UFS. Ini berarti smartphone dengan eMMC mungkin akan mengalami penurunan performa lebih cepat seiring waktu, yang tidak diharapkan pada perangkat dengan harga di atas 2 juta rupiah.
Alasan 4: Keterbatasan dalam Penggunaan Sehari-hari
Dengan semakin besarnya ukuran aplikasi dan file media, penyimpanan eMMC dapat menjadi bottleneck dalam penggunaan sehari-hari. Pengguna mungkin mengalami lag saat menjalankan aplikasi berat atau saat menyimpan dan mengakses file besar.