Mohon tunggu...
Reisa Serina
Reisa Serina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang membaca dan mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penggunaan Augmented Reality sebagai Upaya Pelestarian Budaya Lokal Jawa Timur

3 Januari 2025   20:00 Diperbarui: 3 Januari 2025   19:58 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan Aplikasi (Dok. Pribadi)

Perkembangan teknologi digital yang begitu pesat telah mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia. Salah satu teknologi yang semakin populer adalah Augmented Reality (AR). Jika sebelumnya kita hanya bisa membayangkan bagaimana kehidupan di masa lalu, dengan AR, kita bisa "menghidupkan" kembali masa lalu dan memahaminya dengan lebih mendalam.

Jawa Timur, dengan kekayaan budaya yang begitu melimpah, menjadi salah satu daerah yang sangat potensial untuk menerapkan teknologi AR dalam upaya untuk melestarikan kebudayaannya. Bayangkan, Anda sedang berdiri di depan Candi Singosari. Dengan mengarahkan ponsel pintar Anda ke candi tersebut, secara ajaib candi itu akan "hidup". Anda bisa melihat rekonstruksi 3D candi dalam keadaan utuh, lengkap dengan animasi yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Majapahit.

Tidak hanya candi, AR juga bisa diaplikasikan pada berbagai aspek budaya Jawa Timur lainnya, seperti tarian tradisional, gamelan, dan batik. Misalnya, dengan mengunduh aplikasi khusus, Anda bisa belajar menari Reog Ponorogo secara interaktif. Aplikasi akan memandu gerakan Anda dan memberikan umpan balik secara real-time. Atau, dengan mengarahkan ponsel ke kain batik, Anda bisa melihat proses pembuatan batik secara detail, mulai dari pembuatan motif hingga pewarnaan.

Meskipun menawarkan banyak manfaat, penerapan AR dalam pelestarian budaya juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah biaya pengembangan aplikasi yang cukup tinggi. Selain itu, diperlukan sumber daya manusia yang kompeten untuk menciptakan konten AR yang berkualitas.

Namun, tantangan ini bisa diatasi dengan kerja sama antara pemerintah, pelaku industri, dan akademisi. Potensi pasar yang besar di sektor pariwisata dan pendidikan bisa menjadi daya tarik bagi investor untuk mengembangkan aplikasi AR berbasis budaya.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat, kita bisa berharap bahwa AR akan menjadi bagian integral dari kehidupan kita. AR tidak hanya akan mengubah cara kita belajar dan bermain, tetapi juga akan memainkan peran penting dalam melestarikan warisan budaya bangsa.

Augmented Reality menawarkan sebuah cara yang inovatif dan menarik untuk melestarikan budaya Jawa Timur. Dengan menggabungkan teknologi modern dengan kekayaan budaya lokal, kita bisa menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi generasi sekarang dan mendatang. Mari kita dukung pengembangan teknologi AR untuk pelestarian budaya kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun