[Guratan Tinta Menggerakkan Bangsa]
Isu : Lingkungan
Sub isu : Pemerataan transportasi umum berbasis rel di Indonesia untuk mengurangi polusi serta kemacetan
~Ainur Risa
Fakultas vokasi
Prodi Teknologi Laboratorium Medik
.Pemerataan Transportasi Umum Berbasis Rel di Indonesia: Antara Ambisi dan KenyataanÂ
Pemerataan transportasi umum berbasis rel di Indonesia telah menjadi topik yang menarik perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Tujuan utama dari program ini adalah untuk mengurangi polusi udara dan kemacetan lalu lintas yang semakin parah, terutama di kota-kota besar. Namun, meskipun niatnya baik, ada beberapa argumen yang perlu dipertimbangkan sebelum pelaksanaan dari program pemerataan transportasi umum berbasis rel. Salah satu masalah yang perlu dipertimbangkan adalah tantangan infrastruktur. Indonesia memiliki topografi yang beragam dan kompleks, serta keterbatasan lahan di daerah perkotaan.
 Membangun jalur rel yang menghubungkan berbagai daerah memerlukan investasi besar dan perencanaan yang matang. Dalam lingkungan politik dan ekonomi yang kerap bergejolak, dana yang dialokasikan untuk proyek ini bisa saja dialihkan untuk kepentingan lain yang dianggap lebih mendesak. Selain itu, kendala sosial dan budaya juga harus diperhitungkan. Perubahan besar dalam pola transportasi dapat memengaruhi kebiasaan masyarakat. Banyak orang Indonesia masih memiliki pemikiran menggunakan kendaraan pribadi karena kenyamanan dan fleksibilitas yang lebih tinggi.Â
Menurut jurnal EVALUASI LAYANAN TRANSPORTASI PUBLIK KERETA REL LISTRIK (2019)Ketersediaan moda transportasi publik yang sangat beragam diharuskan memenuhi aspek kualitas layanan seperti biaya, keamanan, kenyamanan, kehandalan, dan waktu perjalananMendorong masyarakat untuk beralih ke transportasi umum berbasis rel memerlukan upaya edukasi dan promosi yang intensif dan tidak instan. Jika tidak, perubahan ini mungkin tidak akan diterima dengan baik dan berpotensi menimbulkan penolakan dan kegagalan program. Stigma masyarakat yang menganggap bahwa naik kereta apa adalah "mahal" juga perlu menjadi pertimbangan sebelum melaksanakan program, walaupun saat ini banyak kereta lokal yang beroperasi antar daerah dengan biaya yang cukup terjangkau akan tetapi jika masyarakat ingin pergi ke tempat yang jauh menggunakan kereta antar kota belum tentu sanggup untuk membeli tiket kereta dengan harga sesuai ketentuan saat ini, perusahaan serta pemerintah harus berpikir keras agar dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap mahalnya tiket kereta api dengan melakukan cara agar orang-orang tidak terbebani dengan biaya tersebut.
Masalah lain yang harus diatasi adalah operasional dan pemeliharaan sistem transportasi rel. Sebuah sistem yang efektif memerlukan pemeliharaan rutin dan operasional yang lancar. Namun, sejarah menunjukkan bahwa implementasi transportasi umum sering kali dihambat oleh berbagai kendala terutama dalam hal pemeliharaan dan pengoperasian. Jika sistem rel tidak dioperasikan dan dipelihara dengan baik, maka investasi besar yang telah dilakukan bisa sia-sia dan menimbulkan kerugian ekonomi.Â
Beralih dari permasalahan tersebut ada pula potensi konflik dengan pihak swasta yang berinvestasi dalam sektor transportasi darat. Pengoperasian transportasi umum berbasis rel dapat mengancam bisnis transportasi pribadi atau transportasi darat yang sudah ada seperti perusahaan taksi, ojek, bus, travel serta angkutan umum lainnya dimana perusahaan tersebut akan mengalami penurunan pendapatan karena beralihnya pengguna ke transportasi umum berbasis rel. Hal ini dapat memicu ketidakpuasan dan protes dari sektor swasta, yang pada akhirnya nya dapat mengganggu stabilitas ekonomi.
Selanjutnya, fokus pada transportasi umum berbasis rel dapat mengabaikan alternatif lain yang juga berpotensi efektif dalam mengurangi polusi dan kemacetan. Teknologi kendaraan ramah lingkungan seperti mobil listrik semakin berkembang pesat dan dapat menjadi solusi untuk masalah polusi. Investasi dalam bidang kendaraan listrik juga dapat memberikan dampak positif dalam jangka panjang tanpa harus menghadapi tantangan infrastruktur rel yang kompleks. Selain itu, perlu diingat bahwa pemerataan transportasi umum berbasis rel tidak selalu memberikan jaminan keberhasilan dalam mengurangi polusi dan kemacetan. Contohnya, metro atau kereta bawah tanah memang dapat mengurangi polusi udara karena menggunakan tenaga listrik, tetapi jika pembangunan dan operasionalnya tidak dilakukan dengan baik, mereka juga bisa menyebabkan kemacetan di sekitar lokasi konstruksi. Menurut jurnal Peran Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai Infrastruktur TransportasiWilayah Perkotaan (2019) Kondisi geografis Indonesia yang sangat beragam memerlukan suatu infrastruktur transportasi pendukung yang sesuai.
 Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak dengan perbedaan pola pikir serta kebiasaan yang kompleks, pendekatan satu dengan satu arah tidak selalu cocok untuk semua daerah. Beberapa kota mungkin memiliki potensi untuk mengadopsi transportasi berbasis rel dengan sukses, sementara yang lain yang berada di pedesaan mungkin lebih cocok dengan solusi transportasi umum lainnya. Dalam kesimpulannya, meskipun pemerataan transportasi umum berbasis rel memiliki niat yang baik dalam mengurangi polusi dan kemacetan, terdapat sejumlah argumen yang perlu dipertimbangkan sebelum mengimplementasikannya secara luas di Indonesia. Tantangan infrastruktur, aspek sosial dan budaya, operasional sistem, ekonomi, dampak terhadap sektor swasta, serta alternatif solusi lainnya semuanya harus diperhitungkan dengan matang. Pemikiran tersebut jangan hanya berdasarkan pada pola pikir seseorang atau sekelompok orang yang memiliki satu pandangan, melainkan harus memperhatikan pemikiran masyarakat yang berada di luar lingkungan strategis dan jauh dari kata modern dengan karakteristik dari masing-masing daerah, dengan demikian mungkin akan lebih berhasil dalam mengatasi masalah transportasi di Indonesia