Menyedihkan memang, tentu, apalagi yang juara adalah rival bebuyutan kita, yaitu Malaysia, atau lebih umum Malingsia :p
Namun mau tidak mau kita harus mengakui itu, cobalah kita berkaca dengan keadaan sepakbola negeri ini, saya tak mau membahas terlalu jauh, cukup di lingkaran timnas saja, dan mari coba kita sedikit bandingkan dengan timnas Malaysia yang menjuarai piala AFF itu. Meski kita kecewa, namun kita harus fair mengakui kekalahan tersebut.
Tidak usah jauh-jauh, coba tengok kisah timnas di Piala AFF, khususnya sesudah memenangi semifinal, disana (timnas) mulai terlihat 'cek-cok', saya melihat ada 2 kepentingan disana, antara kepentingan politik dan kepentingan sepakbola, dimana akhirnya kepentingan politik memenangi, salah siapa ? silahkan anda jawab sendiri :) saya sendiri merasa aneh, disaat seharusnya kewenangan pelatih sepenuhnya untuk mengatur tim, atau sebagainya, justru 'terpaksa' di atur oleh para 'oknum keparat' itu. Tak pernah saya melihat sebuah tim ada keanehan seperti itu, bahkan tim sehebat Barcelona pun tak pernah ada bagian dari Presiden klub atau Direktur olahraga klub ikut campur dalam tim, apalagi di bench lapangan, yang seperti kita lihat di final leg 2 kemarin, terlihat ada per cek-cok an antara Riedl dan Manajer timnas.
Selain masalah itu, adalagi masalah lain yang sangat vital, yaitu jangka waktu pembentukan timnas. Seperti yang kita ketahui, timnas Malaysia sudah terbentuk cukup lama, terdiri dari sekumpulan pemain muda, sehingga mereka bisa bermain sebegitu kompaknya, maklum mereka sudah mencetak prestasi sangat baik di ajang Asian Games ataupun Sea Games. Malaysia sedang maju 1 langkah dari kita, untuk sekarang ini! Coba tengok timnas kita, menurut saya Indonesia masuk final pun tak lepas dari tangan dingin sang pelatih, Opa Riedl. Coba bayangkan BARU seberapa lama timnas bergabung? BARU berapa lama mereka berlatih bersama? Indonesia di piala AFF kali ini mungkin yang ada di pikiran PSSI ibarat mereka membuat mie instan, tapi sayang mie nya tidak jadi.
Saya pribadi, sangat kaget Indonesia bisa melangkah sejauh ini di Piala AFF. Maklum saja, kita tengok persiapan timnas kita, lawan tanding pun tak sepadan dengan kekuatan timnas, rencana lawan tanding di luar negeri pun selalu batal. Maka jadilah kita jago kandang, kenapa? karena para pemain tidak pernah merasakan atmosfir tandang, disaat atmosfir lawan begitu kuat, bahkan dengan keusilan, dan tindakan TIDAK SPORTIF, para pemain kita terlihat begitu risau, sehingga justru mengacaukan mental tim kita sendiri.
Namun, mau tidak mau kita harus mengakui Malaysia ada diatas kita sedikit, untuk SEKARANG ini. Semoga PSSI tersadarkan akan pentingnya pembinaan para pemain muda nasional negeri ini, jangan hanya mengandalkan naturalisasi, ingat ini sepakbola, bukan Mie Instan atau Bubur Instan!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H