Mohon tunggu...
Rumi Silitonga
Rumi Silitonga Mohon Tunggu... Guru - Teacher and Writer

Menulis itu fun, gak bayar dan bisa mengekspresikan isi hati lewat tulisan bahkan 'isi hati' lingkungan di mana pun saya berada. writing will calm your mind n attitude

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nostalgia Permainan Tempo Doeloe

31 Maret 2014   19:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:15 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nostalgia Permainan Tempo Doeloe

Perubahan waktu tentu saja diikuti perubahan berbagai hal. Mulai dari orde pemerintahan sampai perubahan permainan di masyarakat. Masih ingat permainan tempo doeloe? Sebut saja galasin, gebrek geser atau lompat karet. Sederetan permainan tersebut kini hampir punah tergantikan permainan canggih berbasis teknologi moderen.

Banyak Gerak Mendatangkan Sehat

Sempat terpikir mengapa orang berusia 30an di masa kini lebih sehat meski banyak waktu habis di masa lalu. Anda berusia di angka tersebut? Teruslah membaca artikel ini. Anda belum berusia 30? Lanjutkanlah membaca, karena artikel ini akan mengungkap fakta kesehatan.

Setiap malam minggu atau hari-hari lain, anak-anak di daerah padat penduduk akan ramai memadati lapangan. Di pojok lapangan luas berumput hijau seorang anak menutup wajah dengan kedua tangan seraya menghadap tiang. Hitungan pun dimulai, "satu...dua...tiga...empat....sepuluh." Dalam sekejap pojok lapangan menjadi sepi. Ada apa gerangan? Mereka bukan menghilang seperti pesawat Malaysia yang entah kemana rimbanya beberapa waktu lalu. Kumpulan anak tersebut sibuk bersembunyi. Tentu selanjutnya akan ditemukan oleh anak yang jaga-yang menghitung tadi. Lamanya? Biasanya tak lebih dari 15 menit semua anak sudah berhasil ditemukan, tidak perlu berminggu-minggu atau pun sampai kehilangan jejak baik raib ditelan bumi.

Adalah petak umpet permainan tersebut. Penjaga benteng harus mencari dan bersiaga menjaga benteng jangan sampai ditempati oleh lawan yang bersembunyi.

Dalam menjaga benteng agar tetap aman maka penjaga harus berkeliling ke segala penjuru dan sesekali berlari cepat kembali ke benteng guna mencek keamanan benteng. Sekali lawan menduduki benteng yang didapati kosong, maka penjaga tersebut harus rela bertugas jaga kembali.

Di sudut lapangan lain tak kalah heboh dan seru. Tampak dua benteng berjauhan dan anak berlari ke sana kemari. Berkejaran dan berlarian demi menuju benteng lawan. Jika berhasil menduduki benteng lawan, selamat anda pemenangnya. Masih ingat permainan ini? Benteng. Yup, nama permainannya adalah permainan benteng.

Masih di lapangan yang sama tampak anak-anak lain asik bermain lempar batu ke gambar kotak-kotak berujung gunung. Permainan apa pula ini? Gebrek gunung.

Pemain melepar batu tipis ke arah kotak-kotak. Usai melempar batu ia harus melompat ke kotak di mana ia melempar batu. Jika sudah sampai di kotak tujuan ia harus melompat sampai ke gunung.

Permainan lain namun hampir serupa adalah gebrek geser. Arenanya delapan kotak yang digambar dengan kapur menjadi empat kotak berukuran sedang sebelah kiri dan ampat kotak langsung di sisi kanannya. Tiap kotaK diberi nomor 1 sampai 8. Batu dilempar di kotak pertama. Selanjutnya batu pun digeser dengan menggunakan satu kaki, sementra kaki lainnya harus diangkat-artinya menggeser dengan kaki berjinjit.

Masih ada permainan lainnya semisal lompat karet. Dari namanya jelas permainan ini berhubungan dengan lompatan. Masih kurang banyak? Masih ada permainan lainnya semisal tak jongkok. Permainan ini benar-benar menguras energi anak-anak yang bermain. Karena berhubungan dengan lari, mengejar dan jongkok tentu saja tubuh harus bergerak aktif. Sudah terbayang betapa lelahnya memainkan permainan ini bukan? Maka jangan heran usai permainan ini cucuran keringat pun akan jadi pemandangan yang mahfun.

Semua permainan di atas benar-benar membutuhkan tenaga tentu hal ini menguras energi. Secara alami anak-anak ini sudah berolaharga sambil bermain. Sesampainya di rumah akan terdengar ucapan khas seorang ibu, "Minum yang banyak. Kamu sudah berkeringat seperti itu. Jangan lupa ganti baju."

Bandingkan dengan permainan sekarang yang semua permainannya berbasis gadget. Permainan catur, tinggal nyalkan tombol kompter dalam sekejap papan catur di layar komputer pun muncul. Silahkan! Permainan pun dimulai.

Atau permainan congklak virtual pun mulai marak. Sejatinya permainan ini tak menyakitkan mata. Permainan ini hanya memindahkan biji congklak-biasanya terbuat dari biji pohon jail-jali. Biji congklak pun dipindahkan dari satu lubang ke lubang lain yang terbuat dari kayu.

Bermain congklak sungguh menarik karena membutuhkan strategi guna membuat lawan kehabisan biji congklak. Pemilik biji congklak terbanyaklah yang  menjadi pemenang. Bermain congklak virtual atau menggunakan papan kayu sebagai wadah sebenarnya sama saja namun harus kita ketahui bermain congklak di layar komputer tentu akan melelahkan mata.

Masih menyoal permainan moderen, sebut saja permainan di telepon genggam pintar pun sangat bervariasi, penuh kreasi dan sensasi bagi yang terobsesi. Ikon permainan pun dibuat sedekat dan senyata mungkin semisal gambar buah-buahan segar, ragam binatang dan aneka warna permen.

Sepintas memang mengharuskan pemain untuk menciptakan strategi namun tidak lama bukankah mata kita menjadi lelah? Lama kelamaan mata lelah menjadi hal biasa plus tak lagi terasa. Ketika diperiksa ternyata mata kita sudah bermasalah. Seolah kita bermain  untuk me-refresh tubuh ternyata justru sakit yang diundang.

Mereka yang mengalami masa kanak-kanak lebih kurang 30 tahun lalu sekarang terlihat sehat dan bugar. Hal ini masuk akal karena di masa kecil dan remajanya banyak melakukan aktivitas fisik, hal ini tentu saja membantu ketahanan tubuh sehingga tidak mudah sakit. Dengan beraktiviats fisik lewat permainan tradisional dengan otomatis kebugaran tubuh akan terjaga.

Coba lihat anak-anak sekarang jika pelajaran olahraga berlangsung, berlari di lapangan berukuran sedang, meski hanya satu putaran saja akan segera terumbar ucapan bersahut-sahutan, "Panas pak guru!"

Pemandangan lazim lainnya masih seputar permainan canggih. Sore itu seorang siswa kelas 4 SD berjalan menuju kamar. Segera ia merogoh saku celana ayah yang tergantung dibalik pintu. dalam sekejap barang yang dicari ditemukan. Jari-jemarinya sibuk memainkn telepon genggam dan segera ia duduk santai asik dan larut dalam permainan dalam telepon pintarnya.

Segala permainan di hand phone dimainkannya. Maka tak pelak ia pun lupa pelajaran. Nasihat orangtua pun seperti angin lalu saja ketika anak diminta belajar. Padahal sekitar 30 tahun lalu tentu anak-anak seusia 10 atau 9 tahun sibuk belajar dalam pantauan orang tua.

Permainan tempo doeloe tentu menyenangkan lagi menyehatkan. Keceriaan pun terpancar jelas dari raut wajah anak-anak yang bersebaran di lapangan. Permainan tempo doeloe sungguh menyenangkan bila mengingatnya.

Bayangan akan masa kecil pun bermunculan dan bergulir dalam cerita kami malam itu. Saya, Delima, Feronika dan Veronica asik melayangkan pikiran pada masa lalu. Sambung menyambung tak putus-putus bergantian bertukar cerita nostalgia permainan tempo dulu, "Itu permainan paling gokil…lari-lari, kejar-kejaran trus teriak sekeras-kearsnta bilang benteng! Pantas saja kita sehat…"

Rak lama disambut seru oleh yag lain, "Main karet, masih inget gak? Beneran kayak kurang kerjaan ya karet disambung-sambung trus dilompati hehe....tapi memang seru."

Permainan tempo dulu benar-benar menyehatkan dan membutuhkan kebersamaan memainkannya. Pikiran kami pun berlanjut pada masa yang penuh keceriaan lagi membahagiakan pada masa-masa bermain dan bercanda bersama. gokil abiezzz...., aseli seru! (rumi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun