Oleh: Rr. Tsabitah P.A.P_Mahasiswa Stikosa-AWS
BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) menuntut keadilan dengan memulai aksi demonya hingga sempat terjadinya kerisuhan. Pada akhirnya banyak yang pro dan kontra mengenai tujuan utama mahasiswa mendemo sebenarnya apa.
Banyak mahasiswa yang turun ke jalan dengan tujun mendemonstrasikan suara hati masyarakat yang selama ini bungkam akan ketidakadilan yang diperolehnya. Mulai dari isu bahwa Presiden Jokowi akan mencalonkan 3 Periode, protes kenaikan BBM, kelangkaan minyak goreng di negeri penghasil minyak sawit sendiri, hingga isu penundaan pemilu.Â
Demo ini dilakukan di depan gedung DPR Jakarta pada Senin, 11 April 2022. Banyak dukungan dari sejumlah aparat dan pejabat untuk aksi demo ini. Tetapi tidak sedikit juga yang tidak mendukung diadakannya aksi ini.
Mengenai penundaan pemilu 2024 dan pencalonan Presiden Jokowi 3 periode telah ditebas dan ditegaskan oleh Presiden Jokowi sendiri melalui pers media sosial.Â
Salah satunya melalui akun instagram beliau yang menuliskan "Selamat siang. Pemilihan Umum mendatang akan dilaksanakan pada 14 Februari 2024, lalu Pemilihan Kepala Daerah serentak pada bulan November 2024...", tulisnya di https://www.instagram.com/p/CcM0qHqPaub/?igshid=YmMyMTA2M2Y=. Dan beberapa kali beliau telah diwawancarai dan telah menegaskan bahwa Presiden Jokowi tidak berminat menjabat 3 Periode.
Opini: Jokowi telah menegaskan di berbagai wawancaranya bahkan sebelum adanya aksi demo ini bahwa beliau tidak berminat untuk lanjut 3 periode. Tetapi masih banyak isu yang menghasut masyarakat Indonesia agar terpancing dengan berita yang hoax atau palsu untuk menjatuhkan Presiden Jokowi.
 Jika mahasiswa yang berunjuk rasa tentang isu penundaan pilkada dan pemilu dan lanjutnya Presiden Jokowi untuk 3 periode saya termasuk yang kontra. Jika berdemo untuk menyuarakan tentang kelangkaan minyak dan kenaikan BBM menurut saya masih bisa disuarakan.Â
Tetapi seharusnya mereka berdemo untuk 2 point tersebut ke pemerintahannya. Hingga masih ada beberapa oknum mahasiswa yang memanfaatkan situasi panas tersebut untuk bergaya hingga menjadi ricuh seperti tawuran melawan aparat kepolisian yang menjaga gerbang. Bila memang tidak didengar bisa menyampaikan lewat daerah masing-masing lalu disampaikan kepada pemerintahan pusat agar sampai dan didengarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H