Pengumuman yang baru saja disampaikan oleh ilmuwan dari University of Tasmania ini dianggap sebagai terobosan baru yang sangat signifikan  dalam bidang budidaya lobster batu, karena selama ini belum pernah ada yang dapat membudidayakannya.
Budidaya lobster memang telah berhasil dilakukan di Indonesia, namun stok  lobster muda nya masih diambil dari alam.
Hal ini cukup beralasan kompleksitas siklus hidup lobster batu ini sehingga teknologi budidayanya sangat sulit dilakukan, terutama teknologi penetasan telurnya. Â Selama produksi lobster batu hanya terjadi secara alami di alam.
Temuan ini tentu saja sangat menjanjikan mengingat lobster batu ini harganya sangat mahal dan umumnya hanya  menghiasi menu restoran kelas atas dunia.
Sejak tahun 1980 an banyak kalangan mencoba untuk membudidayakan lobster batu ini, namun hanya dalam skala sangat kecil dan masing menggunakan antibiotik dalam rangkaian budidayanya.
Namun kini para ilmuwan dari Hobart's Institute for Marine and Antarctic Studies, University of Tasmania setelah bekerja keras selama lebih dari 17 tahun berhasil menguasai teknologi budidaya lobster batu ini mulai dari penetasan sampai pembesarannya. Lihat videonya di sini.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa lobster batu ini memiliki siklus larva yang sangat komplek. Dengan cara memanipulasi kualitas air dan ekologinya, Â teknologi baru ini tidak memerlukan lagi antibiotik untuk menjamin larva dapat berkembang dan mengalami metamorphosis.
Temuan ini tentunya merupakan terobosan dalam industri lobster dunia karena dapat dilakukan dengan biaya yang lebih mudah karena disamping stok lobster mudanya dapat disediakan dengan dalam jumlah banyak, pemeliharannya juga dapat dilakukan di luar habitat alaminya.
Dengan dikuasainya teknologi penetasan lobster ini, maka stok lobster muda dapat dilakukan secara masal sehingga ongkos produksi nya jauh lebih murah.