Bagi sebagian pencinta binatang,  kematian binatang kesayangannya akan menimbulkan rasa  kesedihan dan kehilangan yang luar biasa.  Mereka menginginkan dapat selalu mengenang dan bersama binatang kesayangannya.
Disamping pencinta binatang, para ilmuwan juga memerlukan teknik mengawetkan binatang ini  untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Taxidermy menyangkut teknik dan seni mengawetkan binatang. Â Taxidermy erat sekali dengan seni karena binatang yang diawetkan harus menghasilkan binatang awetan yang mendekati keadaan sebagaimana ketika binatang tersebut masih hidup.
Saat ini dengan semakin berkembangnya taxidermy, sudah dipadukan dengan berbagai karya seni lainnya seperti kerajinan kayu, melukis dll. Â Sebagai contoh Taxidermy kepala kijang bahan yang asli hanya kulit dan tanduknya saja, sedangkan bahan lainnya terbuat dari bahan buatan.
Taxidermy pada dasarnya dimulai dengan memisahkan kulit binatang yang sudah mati secara hati hati dari tubuh, sedangkan  bagian daging yang melekat pada kulit dihilangkan. Selanjutnya kulit diawetkan dengan bahan tertentu yang tidak merusak penampilan luar binatang tersebut.
Setelah kulit diawetkan tubuh binatang kembali dibangun dan dikembalikan seperti aslinya dengan menggunakan busa, kapas, kawat. Â
Pengawetan tahap kedua dilakukan kembali setelah binatang dibentuk menyerupai bentuk aslinya.
Setelah pengawetan tahap kedua ini bagian tubuh lainnya seperti pinggul dan bagian lainnya dibentuk kembali dengan menggunakan kawat. Mata asli binatang juga harus diganti dengan mata buatan yang terbentuk dari kaca.
Langkah  terakhir yang dilakukan dalam mengawetkan binatang ini adalah menjahit bagian yang terbuka tepat mengisi bahan bahan tambahan ke dalam tubuh.
Ditangan ahlinya binatang yang sudah mati ini disulap seloah hidup kembali sehingga membuat kagum orang yang melihatnya.