Ilustrasi: Kompasiana.com
Pro dan kontra bagaimana admin memilik artikel yang masuk dalam kategori artikel Headline, artikel pilihan dan artikel nilai tertinggi sangat wajar terjadi mengingat jumlah kompasianer yang katanya mencapai ratusan ribu dan juga vulume tulisan yang masuk setiap harinya sangat banyak.
Saya melihat bahwa tantangan kompasianer yang sebenarnya itu adalah pada periode setelah artikel yang ditulisnya sudah lewat masa tayangnya di FrontPage untuk artikel Nilai tertinggi (yang konon hanya 12 jam dan hanya 50 artikel), Headline (mungkin paling lama 24 jam) dan artikel pilihan (juga terbatas pad 50 artikel yang ditayangkan). Mengapa? Sebab biasanya pembaca cenderung melihat tulisan yang terpampang di frontpage dan malas mencari-cari berita di tempat lainnya.
Rasanya sedikit sekali para kompasiner yang membahas apa yang terjadi setelah masa tayang di FrontPage kompasiana itu selesai. Waktu jualah yang akan menobatkan apakah artikel yang ditulis oleh kompasiner itu termasuk tulisan yang bermutu dan bermanfaat bagi orang banyak. Jadi tantangan yang hakiki seusai menduduki tahta di FrontPage seperti : berapa banyak orang yang membaca artikel tersebut, apakah ada orang yang merujuk pada artkel yang ditulis untuk hal-hal yang lebih besar seperti penulisan buku, ulasan berita, bahan bahasan di instansi tertentu, rujukan ilmiah, bahan perbincangan lanjutan dll yang dapat dijadikan indikator apakah artikel tersebut memang bermanfaat bagi kompasiner sebagai komunitas kompasiana saja atau lebih luas lagi bagi masyarakat luas di luar batas masyarakat kompasiana.
Dari data empiris, terlihat sekali bahwa baik komentar maupun jumlah pembaca artkel yang telah menduduki singgasana HL, Artikel Pilihan dan artikel dengan nilai tertinggi kebanyakan anjok tajam setelah fasilitas khusus berupa mejeng di FrontPage sudah berakhir. Ada paling tidak dua alasan mengapa hal ini terjadi pertama memang artikel yang menduduki siinggasana di FrontPage tersebut hanya cocok dengan selera sesaat komunitas kompasiana. Kedua artikel yang ditulis mengikuti trend berita yang sedang terjadi yang perkembangannya terjadi dengan sangat cepat, sehingga dalam waktu singkat berita tulisan tersebut sudah “basi”.
Sekarang coba kita bandingkan data empiris artikel terpopuler pagi ini di dua raksasa berita, yaitu detik.com dan Kompas.com yang memiliki karakteristik berbeda baik dari jenis berita yang ditayangkan maupun selera pembacanya.
Dari 20 artikel terpopuler yang ada di detik.com komposisinya adalah sebagai berikut 4 berita terpopuler didominasi berita tentang Evy Susanty istri Pak Gubernur Sumut yang sedang diperiksa KPK, selanjutnya adalah berita tentang olah raga terutama bola yang menempati porsi 30%, berita gossip dan artis (25%) sisanya beita kriminal dan humaniora.
Bandingkan komposisi artikel terpopuler di kompas.com, 4 berita terpuler diduduki oleh berita yang beragam, yaitu tentang ibu tertelan ekskalator, berita perseteruan pelindo dan pengelola container internasional, berita luar negeri dan berita tentang Ahok. Setelah itu ditempati berita yang beragam dan menyebar lebih luas mulai dari berita, ekonomi, humaniora, sekolah, tentara, hukum, olah raga dan gossip.
Yang menarik di Detik.com berita tentang Evy Susanti popularitasnya menempati posisi 4 teratas sedangkan di Kompas.com hanya menempati urutan 14. Artinya karakteristik pembaca kedua media ini sangat berbeda. Lantas bagaimana dengan kompasiana ? Walaupun terdapat kemiripan tentang selera pembaca untuk kompas.com dengan kompasiana, namun karakteristik tulisan yang disenangi di kompasiana cenderung mengarah kepada yang ringan dan popular saat ini (dilihat dari perbandingan jumlah hits pada tulisan yang ditayangkan di frontpagenya kompasiana.
Karakteristik tulisan inilah yang tentunya akan menentukan apakah setelah masa tayang di FrontPage berakhir masih diminati untuk dibaca masyarakat di luar komunitas kompasiana, diacu untuk membuat tulisan, didiskusikan lebih lanjut atau bahkan dijadikan referensi untuk penulisan buku dll.
Di dalam masyarakat ilmiah ada istilah yang sangat menggelitik untuk direnungkan yaitu “uang berakhir menjadi kertas”. Ini merupakan sindiran pedas bagi para ilmuwan bahwa dana peneliti yang puluhan bahkan ratusan juta akhirnya hanya jadi sebuah laporan yang berupa tumpukan kertas penghuni perpustakaan. Ilmuwan yang dinilai berhasil jika hasil penelitian tersebut dapat diterbitkan di jurnal ilmiah bergengsi dan setelah terbit banyak diacu sebagai referensi bagi para peneliti lainnya atau orang lain serta hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.