Peristiwa bersejarah baru saja terjadi di Dewan Keamanan PBB ketika badan dunia tersebut meloloskan resolusi yang meminta Israel untuk menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah yang didudukinya usai perang tahun 1967.
Sudah puluhan tahun Israel mendorong program pemukiman Yahudi di wilayah West Bank, Gaza dan East Jerusalem yang selama ini menjadi ganjalan utama pembicaraan damai antara Israel dan Palestina.
Pihak Palestina menginginkan kemerdekaaanya dengan wilayah meliputi West Bank, Gaza dan East Jerusalem yang diduduki oleh Israel seusai perang tahun 1967, tetapi pihak Israel sebaliknya beragumentasi bahwa berdasarkan catatan sejarah yang tertulis di kitab sucinya, wilayah ini adalah milik Israel.
Abstainnya Amerika dalam resolusi ini memang mengejutkan dunia internasional, karena selama ini hampir semua resolusi yang terkait dengan Israel tidak berhasil lolos karena diveto oleh Amerika yang memiliki sejarah panjang sebagai “sahabat dekat” Israel.
Ada dua makna terkait abstainnya Amerika ini. Pertama Amerika mungkin menganggap bahwa bahwa sikap ini sebagai perwujudan perubahan sikap politik luar negeri Amerika terhadap Israel yang selama di bawah pemerintahan Obama memang dinilai banyak negara tidak lagi seakrab ketika di bawah pemerintahan sebelumnya.
Dugaan kedua kemungkinan abstainnya Amerika dalam resolusi Dewan Keamanan PBB ini sebagai “pembalasan” yang dapat dilakukan oleh perintah Obama akibat kekalahan partai demokrat dalam pemilihan presiden lalu di ujung masa kepresidenannya.
Presiden terpilih Trump memang sudah berkicau di twitter yang mengatakan bahwa sikap Amerika terhadap Israel dalam kaitannya dengan konflik di Timur Tengah akan berubah total, dalam arti akan lebih mesra dengan Israel.
Mengapa Israel Meradang
Lolosnya resolusi yang meminta Israel untuk menghentikan kegiatan pembangunan pemukiman Yahudi di wilayah yang didudukinya merupakan pukulan yang sangat telak sekaligus mengejutkan Israel karena abstainnya Amerika ini.
Israel memang merasakan bahwa hubungannya dengan Amerika di bawah pemerintahan Obama tidak sehangat sebelumnya, namun Keputusan Amerika untuk tidak memveto resolusi ini tetap saja sangat mengejutkan. Keterkejutan dan kekecewaan Israel ini langsung diungkapkan secara terbuka oleh PM Israel Netanyahu dengan penuh kemarahan.
Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan meninjau kembali hubungannya dengan PBB setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang meminta Israel mengakhiri pembangunan di wilayah yang diduduki Israel ini. Netanyahu menyatakan resolusi ini sebagai sesuatu yang “memalukan” sekaligus merupakan “kemenangan teror” dan dia telah memerintahkan Menteri luar Negerinya dalam 1 bulan ke depan akan mengevalusi kembali semua kekerlibatannya di PBB termasuk bantuan pendanaan dan kehadiran Israel di badan dunia ini.