Mungkin tidak banyak orang tua yang menyadari bahwa di era digital saat ini kelompok umur yang paling rentan menjadi target berita abal-abal alias fake news adalah anak-anak kita.Â
Hal ini diperparah jika orang tua kurang paham akan teknologi informasi. Kalaupun orang tua memahami teknologi informasi ini biasanya mereka tidak memiliki waktu untuk berdiskusi dengan anak-anaknya terkait dengan berita abal-abal ini.
Hasilnya tentu saja dapat kita perkirakan, yaitu anak-anak cenderung menelan mentah-mentah apa yang dia dapatkan dari hasil pencariannya di internet ataupun dari kiriman teman-temannya.
Para orang tua memang sudah waktunya untuk mewaspadai dampak berita abal-abal ini karena pada tahap tertentu berita abal-abal ini akan berpengaruh besar pada psikologi anak-anaknya.
Keberadaan berita abal-abal di dunia maya sudah dapat dikategorikan sebagai ancaman bagi anak-anak kita. Berita abal-abal memiliki kekuatan membuat anak-anak kita menjadi prejudis, mempengaruhi mental dan bahkan menurut Joanne Orlando pakar dari Western Sydney University berita abal-abal bahkan dapat menjadi dasar pembenaran bagi anak-anak untuk melakukan tindakan yang membahayakan ataupun tindakan yang menyimpang lainnya.
Hasil penelitian dari Stanford University yang dilakukan pada tahun 2016 lalu menunjukkan bahwa sebagian besar anak-anak kita mencari dan mempercayai berita online bukan dari sumber aslinya. Artinya anak-anak kita cenderung menelan mentah mentah berita yang didapatkannya dengan cara mudah.
Bagaimana mencegahnya?
Melarang anak-anak kita untuk sama sekali tidak menggunakan internet dan juga tidak mempercayai berita yang dipublikasikan secara online tentunya bukanlah tindakan yang bijaksana.
Ada baiknya para  orang tua membimbing anak anak dengan cara mencari contoh berita abal abal dan mendiskusikan beberapa hal  yang terkait dengan berita tersebut  dengan cara yang bijak.
Dalam membahas berita ini orang tua sangat dianjurkan untuk mendiskusikan bersama anak anaknya terkait beberapa hal seperti:
- Siapa yang mempublikasikan berita tersebut?
- Siapa yang sebenarnya menjadi target penulis dan penyebar berita abal abal tersebut?
- Pihak mana yang diuntungkan atau dirugikan dengan  kemunculan berita tersebut?
- Apakah ada bagian dari berita yang sengaja dihilangkan  untuk mencapai tujuan tertentu?
- Apakah sumber beritanya terpecaya dan  isi beritanya dapat dipercaya sebagai suatu fakta? ...dst.
Dalam menentukan apakah suatu berita yang dipublikasikan secara online tergolong sebagai berita abal-abal atau bukan ada baiknya anak-anak kita dibimbing untuk menelusurinya asal-usul berita dan kandungan beritanya.