Di Asia, Afrika dan belahan dunia lainnya memakan serangga seperti jangkrik sebagai sumber protein sudah menjadi kebiasaan dan bahkan menjadi makanan yang bergengsi.
Jangkrik memang merupakan salah satu serangga yang mengandung nilai gizi tinggi seperti protein, besi, kalsium, B12, dll. Dengan nilai nutrisi yang sangat menjanjikan ini badan kesehatan dunia (WHO) memasukkan jangkrik sebagai salah satu sumber protein masa depan terutama di negara negara berkembang.
Perbandingan kualitas protein tepung jangkrik dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Sumber: cricketflours.com
Mengonsumsi jangkrik memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan sumber protein lainnya, yaitu ramah iklim dan ramah lingkungan. Oleh sebab itu, diperkirakan mengonsumsi jangkrik ini  akan semakin umum tidak hanya di negara berkembang namun juga di negara negara barat.Â
Di samping itu dimungkinkan juga melakukan budidaya jangkrik dengan mengunakan bahan yang tidak berkompetisi langsung dengan produksi pangan untuk manusia, sehingga jangkrik dapat diproduksi dalam skala besar.
Harus Budidaya
Dalam menjadikan jangkrik sebagai sumber protein yang berkelanjutan dalam arti pasokannya tersedia secara terus menerus, maka orang tidak dapat lagi mengandalkan produksi jangkrik hanya dari hasil tangkapan jangkrik liar saja, namun harus melalui budidaya.
Budidaya jangkrik dalam skala besar di Thailand. Photo: nydailynews.com
Walaupun teknologi budidaya jangkrik sudah dikuasai, kendala utama dalam pemeliharaan jangkrik saat ini yang dihadapi dunia adalah masalah pakan, karena kebanyakan budidaya jangkrik dilakukan dengan memberi pakan yang berupa pakan  ayam.
Bagi sebagian besar rakyat miskin di negara berkembang, cara budidaya yang kelihatan sepele ini masih menjadi kendala besar, karena sebagian besar dari keluarga miskin tidak mampu membeli pakan ayam untuk dijadikan pakan jangkrik.
Jangkrik hanya memerlukan waktu 4,5 minggu saja untuk mencapai ukuran dewasa. Sumber: pinimg.com
Masalah ini tampaknya sudah dapat dipecahkan, karena hasil penelitian para peneliti dari
Swedish Agriculture University (SLU)Â bekerjasama dengan tim peneliti dari Kamboja berhasil memelihara jangkrik dengan cara yang lebih murah tanpa harus menggunakan pakan ayam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jangkrik dapat dibudidayakan dan berkembang biak dengan baik hanya dengan menggunakan kombinasi pucuk singkong dan gulma yang dinamakan Cleome rutidosperma.
Pucuk singkong. Sumber: www.healthbenefitso.com
Cleome rutidosperma. Sumber: wikimedia.org
Teknologi terapan ini tentu saja sangat bermanfaat bagi keluarga miskin yang memerlukan makanan bergizi yang terjangkau untuk menopang kesehatannya yang budidayanya dapat dilakukan dengan sangat mudah dan hampir tanpa mengeluarkan biaya.
Lihat Healthy Selengkapnya