Pengungsi dunia mencapai angka 60 juta, terbanyak sejak tahun 1992. Sumber
Rasa syukur sudah sepatutnya kita tanamkan dan ucapkan atas situasi keamanan, politik dan sosial Indonesia saat ini yang memungkinkan kita dapat menikmati hidup dengan aman di tanah air. Situasi ini sangat bertolak belakang jika kita melihat data terbaru yang dikeluarkan oleh The United Nations High Commissioner fo Refugees (UNHRC). Laporan tersebut menyatakan bahwa sebanyak 20,2 juta orang mengungsi ke negara lain untuk menghindari perang atau hukuman dari pemerintah dimana mereka tinggal. Angka ini merupakan angka tertinggi sejak tahun 1992.
Tidak hanya sampai disitu, dalam laporan tersebut juga disebutkan ada sebanyak 34 juta orang yang mengungsi di dalam negerinya untuk menghindari konflik yang umumnya perang ataupun gangguan keamanan lainnya. Sebanyak 2,5 juta orang pencari suaka masih dalam status menunggu keputusan negara yang akan menampungnya.
Secara keseluruhan pada tahun 2014 jumlah pengungsi ini mencapai 59,5 juta orang dan diperkirakan tahun 2015-2016 mendatang jumlah pengungsi ini terus meningkat. Hal yang mengkhawatirkan bahwa jumlah pengungsi yang kembali ke negara asalnya menunjukkan angka terendah dalam kurun waktu 30 tahun, yaitu hanya sekitar 84 ribu orang. Negara yang saat ini tercatat paling banyak menampung pengungsi adalah Jerman, Rusia dan Amerika.
Pengungsi dari Syria memberikan kontribusi terbesar dalam mengingkatkan jumlah pengungsi akhir-akhir ini. Perang saudara di Syria yang pecah pada tahun 2011 menyebabkan 4,2 juta orang meninggalkan negara tersebut dan sebanyak 7,6 juta orang mengungsi di wilayah perbatasan. Disamping itu, konflik di Ukraina memicu pengunsi sebanyak 839 ribu orang. Demikian juga konflik yang terjadi di Afganistan, Somalia, Sudan Selatan, Barundi, Afrika tengah, Kongo dan Irak.
Pengungsi yang dipicu oleh situasi keamanan yang mengancam jiwa memang merupakan masalah yang mengkhawatirkan sekaligus menjadi tragedi kemanusiaan. Photo searang anak kecil yang tertelungkup di pantai dalam keadaan sudah tidak bernyawa lagi sungguh merupakan tragedi kemanusiaan.
Namun dalam kenyataannya masih banyak juga pengungsi yang meninggalkan negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain. Pengungsi seperti ini sering diistilahkan dengan pengungsi motif ekonomi. Pengungsi ekonomi inilah yang sering memicu ketegangan antar negara.
Istilah “Arab Spring” yang memicu gelombang perubahan di negara-negara Arab secara fundamental dan masal merupakan salah satu pemicu munculnya gelombang pengungsi ini. Banyak analis yang berpendapat bahwa ada “Master Mind” di balik “Arab Spring” ini.
Meningkatnya gelombang pengungsi dunia ini mungkin merupakan salah satu dampak yang tidak diperhitungkan oleh negara-negara yang bermain api di negara lain. Kejadian ini harusnya menyebabkan para pimpinan dunia harus berpikir ulang dalam melibatkan dirinya ke dalam situasi politik di negara lain.
Sumber :