Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Penyanderaan di Lindt Café: Australia Kecolongan?

23 Februari 2015   13:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:41 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyanderaan di Lindt Cafe. Photo: http://resources0.news.com.au/

[caption id="" align="aligncenter" width="364" caption="Penyanderaan di Lindt Cafe. Photo: http://resources0.news.com.au/"][/caption]

Masih ingat kasus penyanderaan yang dilakukan oleh Haron Monis di Lindt Café Sydney beberapa waktu yang menghebohkan dunia? Saat ini pihak berwenang bekerja keras untuk melakukan investigasi terhadap kasus ini untuk mengungkap mengapa kasus ini bisa terjadi dan apakah pihak berwenang telah “kecolongan” dalam kasus ini ?

[caption id="" align="aligncenter" width="520" caption="Haron Monis. Photo: http://resources1.news.com.au/"]

Haron Monis. Photo: http://resources1.news.com.au/
Haron Monis. Photo: http://resources1.news.com.au/
[/caption]

Hasil investigasi ini mengungkap hal-hal yang sangat mengejutkan, yaitu:

1. Monis memiliki 31 nama alias dan ratusan  file dirinya yang dipegang pegang oleh pihak berwenang Australia  dengan jumlah halaman mencapai ribuan, namun demikian setiap keputusan dari hasil evaluasi mengarah kepada membiarkan Monis bebas.

2. Sebelum terjadinya penyanderaan hotline pihak keamanan Australia  menerima sebanyak 18 telepon tentang Monis, namun demikian Monis dinilai bukan sebagai ancaman.

3. Sebanyak 18 aduan melalui telepon ini terjadi pada tanggal 9-12 Desember yang lalu atas tidakan offensive di Facebook yang dipostingnya. Laporan ini telah dibahas oleh pihak Australian Security Intelligence Organization, The Australian Fedreral Police dan New South Wales Police, namun demikian ketiga pihak ini menilai Monis bukanlah sebagai ancaman.

4. Dengan system yang ada sekarang, seandainya Monis mengajukan visa atau kewarganegraan saat ini ada kemungkinan system gagal mendeteksi latar belakang Monis dan akan meloloskan permintaan tersebut.

5. Saat sebelum penyanderaan Monis dikenai 40 tuduhan tindakan kekerasan sexual dan 1 tuduhan membantu pembunuhan bekas istrinya.

6. Monis sudah lama menjadi perhatian khusus karena tindakannya mencari perhatian dan menghubungi berbagai pihak seperti Ratu Inggris, Paus, penerbangan Qantas menawarkan informasi intelejen palsu.

7. Berbagai pihak menilai bahwa pihak keamanan mestinya sudah dapat menyetop tindakan Monis, namun demikian Monis tetapi bebas dan dainggap tindakan masih dalam batas normal.

8. Pada tahun 1996 Monis juga melakukan pernah mengajukan visa bisnis dan visa proteksi dengan data palsu. Saat itu pihak intelejen Australia ASIO sudah mencurigai Monis setibanya di Australia untuk pertama kalinya.

9. Pada awal Desember lalu Monis dievaluasi oleh pihak intelejen Australia ASIO dan dimasukkan dalam kelompoak 400 orang yang diprioritaskan untuk diawasi.

10. Monis masuk dalam bahan diskusi kontra terorisme beberapa kali pada tahun 2008-2014.Disamping itu Monis masuk dalam pengawasan intensif intelejen Australia ASIO april 2008-january 2009, namun demikian Monis tidak dianggap sebagai ancaman karena tidak melakukan tindakan berbahaya dan tidak memiliki kontak dengan kelompok terorisme lainnya.

11. Laporan pihak intelejen Australia menyatakan bahwa Monis tidak memiliki indikasi akan melakukan tindakan terorisme, tidak memiliki ijin memiliki senjata dan tidak memiliki senjata.

Rangkaian temuan ini tentu saja sangat mengejutkan, karena Australia yang dianggap memiliki system keamanan dan intelejen yang sangat baik, gagal mendeteksi akan adanya tindakan teorisme yang menghebohkan dunia tersebut.

Ada dua kemungkinan mengapa Australia dianggap “kecolongan” mendeteksi aksi Monis ini, pertama gagalnya system yang ada dalam mendeteksi atau memang “dibiarkan” sementara untuk mengungkap jaringan terosisme lainnya.

Sayangnya aksi tersebut telah terjadi dan memakan korban jiwa. Dalam tayangan film dokumentasi penyanderaan di ABC TV digambarkan selama penyanderaan terjadi 3 kali kejadian sandera melarikan  yang akhirnya membuat Monis panik. Dari tayangan tersebut tampaknya Monis memang single fighter dan tidak berpengalaman dalam melakukan penyanderaan.

Menanggapi hasil investigasi ini PM Australia Tony Abbott menyatakan bahwa seharusnya Monis tidak bebas berkeliaran di masyarakat dan Monis seharusnya tidak boleh masuk ke Australia apalagi menjadi warga negara. Monis tidak layak mendapatkan pembebasan bersayarat dan Monis tidak seharusnya memiliki senjata.

Tapi semuanya ini memang sudah terjadi. Monis bisa bebas dan akhirnya melakukan penyanderaan karena system yang ada dinilai gagal mendeteksi ancaman ini. Oleh sebab itu dalam waktu dekat  Australia akan melakukan evaluasi total terhadap system keamanan nasionalnya.

Evaluasi ini juga dipicu dengan makin banyaknnya warga negara Australia yang menjadi foreign fighter di Iraq dan Syria, tercatat paling tidak ada 90 warga negara Australia yang mendukung terorisme dan sedang berperang di negara lain.

Sumber : The Australian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun