Perdana Menteri Australia Tony Abbott sedang meninjau latihan militer terbesar bersama Amerika dan jepang yang melibatkan 20 ribu personil. Photo: , The Australian.
Saat ini di bagian utara Australia tepatnya di sebelah utara negara bagian Queensland sedang dilakukan latihan militer terbesar dunia yang melibatkan 30 ribu personil militer yang sebagian besar berasal dari Amerika, Australia dan untuk pertama kalinya Jepang. Latihan militer diadakan dengan tanpa alasan. Kekuatan militer dan juga sikap China yang mengklaim secara sepihak wilayah perbatasannya di Laut China Selatan yang menimbulkan ketegangan menjadi dasarnya. Kekhawatiran Amerika dan terutama Australia ini tertuang dalam laporan intelejen dan analisis dari Australian National University’s Strategic and defence Studies Centre dan Centre for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington.
Laporan tersebut juga menyebutkan bawa pangkalan militer Australia baik pangkalan angkatan laut maupun pangkalan udara Australia dalam jangkauan rudal jarak jauh China. Beijing disebutkan telah menggeser peta kekuatan militer dunia. Tidak tanggung-tanggung kekuatan angkatan laut China dan juga peluru kendali jarak jauh China yang dapat mencapai Canberra ibukota Australia disebutkan sangat merisaukan Australia. Agresivitas angkatan laut China dianggap mengganggu stabilitas kekuatan angkatan laut Amerika yang selama ini tidak tersaingi.
Jepang yang untuk pertama kalinya ikut serta dalam latihan militer ini juga sangat khawatir dengan peningkatan kekuatan militer China dan juga konflik berkepanjangan atas saling klaim pulau di laut China Selatan.
Kerjasama militer antara Amerika dan Australia melalui ANZUS (The Australia, New Zealand, United States Security ) yang selama ini dianggap sudah stabil dalam melindungi kepentingan ketiga negara. Dalam kondisi seperti ini Indonesia memegang kunci strategis dalam melindungi Australia.
Indonesia yang saat ini muncul sebagai kekuatan ekonomi dunia dan makin mengkokohkan posisinya sebagai negara penting di wilyah ini diperkirakan akan lebih menarik perhatian Washington. Berdasarkan laporan tersebut dengan berjalannya waktu Jakarta akan lebih menarik bagi Washington jika dibandingkan dengan Canberra dalam menentukan peta kekuatan miloiter di wilayah ini. Jika hal ini benar-benar terjadi maka peran dan pamor Australia akan semakin menurun. Diperkirakan Amerika akan mengintensifkan kerjasama militernya dengan Indonesia untuk mengantisipasi agresivitas kekuatan militer China.
Sejarah memang menunjukkan bahwa tidak selamanya Amerika selalu sehaluan dengan Australia. Pada tahun 1966 Amerika menolak mendukung Australia untuk menganeksasi Papua Barat dengan pertimbangan bahwa jika hal ini dilakukan maka Jakarta akan meminta bantuan Beijing. Pada tahun 1999 pada saat terjadinya krisis Timor Timur (sekarang menjadi negara Timor Leste) berbeda dengan Australia, Amerika menolak mencampuri urusan ini lebih dalam.
Bagi Amerika memperluas dan memperkuat kerjasama militer dengan mitranya di wilayah Asia Pasifik menjadi lebih penting dalam menjaga keseimbangan peta kekuatan militer dunia. Disebutkan bahwa jika dapat terealisasi maka kerjasama militer tripartite Amerika, Indonesia dan Australia akan sangat ideal dalam menjaga keamanan regional. Tentunya keinginan seperti ini akan terhambat dengan sikap politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif yang tidak memihak pada aliansi militer.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa kekuatan ekonomi dan kekuatan startegis Indonesia yang semakin menguat dengan semakin berjalannya waktu, membuat Australia harusnya sudah menyadari bahwa sikap bermusuhan dengan Indonesia akan sangat merugikan Australia dan membuat Australia akan terpapar pada bahaya perkembangan kekuatan kekuatan militer China dan aliansinya ataupun kekuatan militer lainnya.
Sumber : The Australian
.
Â