[caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Photo pertama: https://s.yimg.com/"][/caption]
Hari ini berbagai media di Australia memuat 2 photo yang terkait dengan pengangkutan terpidana mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran ke Nusa Kambangan.
Photo tersebut memuat photo seorang polisi senior Pak Djoko Hari Utomo bersama kedua terpidana mati yang di photo secara terpisah.Pada kedua photo yang dipublikasikan di au.news.yahoo.comtersebut terlihat jelas logo Kompas TV dan Tribune News.com.
Photo ini dianggap oleh pemerintah Australia “kurang pas”.Media menulis dan mempertanyakan bagaimana photo yang semula diduga sebagai selfie tersebut menggambarkan kesedihan terpidana mati sedang polisi senior tersebut tersenyum.
[caption id="" align="aligncenter" width="574" caption="Photo Kedua : https://s.yimg.com/"]
Walaupun pada pemberitaan tersebut juga dituliskan penjelasan polisi senior tersebut yang mengatakan bahwa beliau tidak tau kalau adegan tersebut ada yang memphotonya dan tujuan beliau berada didekat terpinana mati tersebut adalah untuk memberikan semangat kepada keduanya.
Saat diphoto tersebut beliau mengatakan kepada kedua tersangka “'be tough, be strong, and keep going'.Media Australia juga mempertanyakan bagaimana dalam suasana super ketat tersebut ada wartawan yang dapat mengambil adegan tersebut.Kalaupun itu adalah wartawan resmi pihak kepolisian, mestinya photo tersebut tidak sampai ke luar ke media masa.
Memang kode etik jurnalistik antar negara itu berbeda, apa yang biasa di Indonesia mungkin dianggap tidak biasa oleh media Australia, demikian pula sebaliknya.
Sebagai contoh kemaren pihak kepolisian Australia, telah berhasil menggerebek sindikat narkoba dengan jumlah yang cukup fantastis yaitu melebihi 200 kg dari kelompok sindikat internasional yang beroperasi di Australia.Dalam pemberitaan penagkapan tersebut memang wajah orang-orang yang ditangkap dikaburkan sehingga penonton tidak dapat mengenalinya.
Menurut pemberitaan berbagai media, Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop akan melakukan protes resmi kepada pemerintah Indonesia atasdipublikasikannya photo tersebut karena dianggap tidak menghargai kedua terpidana mati
Dalam suasana yang serba sensitif seperti saat ini apapun dapat dipersoalkan, mudah-mudahan Kompas TV dapat menjelaskan bagaimana proses mendapatkan dan terpubilkasinya kedua photo tersebut. Sebab harian nasional “the Australian” hari ini menulis berita bahwa seorang pengawal mengambil photo tersebut dan menjualnya seharga $600 untuk masing-masing photo, walaupun tidak dijelaskan kepada pihak mana photo tersebut dijual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H