[caption id="" align="aligncenter" width="570" caption="Photo: https://violentpastequalsviolentfuture.files.wordpress.com/"][/caption]
Statistik menunjukkan bahwa jumlah wanita yang memilih menjalani hukuman penjara penjara untuk membayar denda di West Australia meningkat 6 kali lipat sejak tahun 2008.
Pada tahun 2012, seorang wanita asal Perth yang secara akumulatif harus membayar denda sebesar A$32.850 untuk 33 pelanggaran yang dilakukannyameliputi penganiayaan, pencurian dan melanggar pembebasan dengan jaminan, memilih mejalani hukuman penjara selama 12 harisebagaipengganti denda tersebut.Sejak kejadian pelunasan denda dengan hukuman penjara ini, wanita tersebut kembali tercatat dikenai denda lagisebesarA$30.000secara akumulatif.
Kasus ini bukan baru pertama kali terjadi, melainkan sudah mulai umum terjadi di wilayah West Austratralia.Kecenderungan untuk memilih hukuman penjara atau kerja sosial sebagai ganti denda merupakan fenomena yang menarik.
Kejadian tidak dibayarnya denda kembali menjadi perhatian media nasional Australiaketika pada bulan Agustus lalu seorang wanita Aborigin yang dikenaldengan nickname Miss Dhu meninggal di tahanan kantor polisi Pilbara saat dia menjalani humuman penjara untuk mengganti pembayaran denda yang relatif kecil, yaitu sebesar $1000.
Miss Dhu meninggal di tahanan kantor polisi pada hari ketiga masa tahannya sehari sebelum dibebaskan. Sebelum meninggal dunia perempuan ini dibawa kerumah sakit sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 48 jam.
Miss Dhu didenda setelah mengaku bersalah atas kesalahannya menghina polisi empat tahun yang lalu ketika dia masih berusia 18 tahun.Saat itu pengadilan lebih menyarakan kepada yang berangkutan untuk membayar denda dibanding dengan menjalani hukuman.
Wanita lain memilih hukuman penjara selama 3 minggu di penjaraPerth’s Northeast untuk membayar dendanya sebesar A$18.000 karena mengendarai mobil tanpa SIM dan mengendarai dalam keadaan kadar alkohol darah tinggi. Dia mengatakan bahwa dia telah mencoba menjalani kerja sosial di masyarakat namun gagal karena alasan keluarga.
Sebanyak 42 % dari jumlah yang menjalani hukuman penjara untuk membayar denda di wilayah Australia Barat ini adalah dari kalangan Aborigin. Jumlah Aborigin yang memilih cara ini meningkat sebesar 480% dari hanya 101 tahun 2008 meningkat menjadi 590 pada tahun 2013.
[caption id="" align="aligncenter" width="530" caption="Tradisi tutur cerita dari tetua Aborigin ke generasi muda. Photo: http://arts.gov.au/"]
Masalah penduduk asli Aborigin merupakan masalah tersendiri bagi pemerintah Australia.Data empiris menunjukkan bahwa angka kriminal, jumlah tahanan, kematian dalam tahanan, angka bunuh diri dan masalah sosial lainnya di kalangan Aborigin lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya di Australia.
[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Angka kematian Aborigin dalam tahanan yang jauh lebih tinggi jika dibandingpan dengan persentase populasi. Photo: http://www.aic.gov.au/"]
Disamping itu masalah rendahnya pendidikan, tingkat kesejahteraan dan masalah jaminan sosial lainnya seperti masalah tingkat konsumsi alkohol juga merupakan masalah lain yang mengemuka.
Lebih dipilihnya menjalani hukuman penjara dibanding dengan membayar denda diduga berhubungan dengan ketidak-mampuan membayar denda karena kondisi pekonomian keluarga yang tidak memungkinkan.
Sumber: The Australian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H