Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cerita di Balik Pemberian “Uang Panas” Australia

17 Juni 2015   09:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:44 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debat sengit pihak oposisi yang meminta pemerintah menjelaskan kebenaran adanya "uang panas". Photo :  http://www.smh.com.au

Akhirnya sedikit demi sedikt kehebohan yang menyangkut pemberian “uang panas” kepada awak kapal penyelundup manusia dari Indonesia ke Australia mulai terkuak. Hari ini harian nasional The Australian menulis di halaman paling depannya dengan judul “Sinking fears sparked emergency rescue of asylum “bribe” boat”.

Setelah dua hari ini terjadi perdebatan yang sangat seru di parlemen, namun belum ada jawaban pasti apakah pemberian “uang panas” itu benar benar terjadi. Walaupun dihujani pertanyaan dan tekanan dari pihak oposisi, pihak pemerintah tidak mengiyakan ataupun menyangkal pemberian uang tersebut telah terjadi.

Terungkapnya kasus pemberian “uang panas” kepada 6 awak kapal Indonesia yang membawa pengungsi memasuki wilayah perairan Australia memang menjadi bola liar dan bola panas bagi pemerintah Australia. Setelah sebelumnya baik Menteri Luar Negeri maupun Menteri Imigrasi menyangkal bahwa hal tersebut terjadi. Sampai kemrarenpun Menteri luar negeri Australia berkelit bahwa Indonesia lebih baik menjaga perairannya dengan baik agar tidak ada kapal yang masuk ke wilayah Australia. Dalam sesi tanya jawab di parlemen kemaren pun kedua menteri senior yang dekat dengan PM Tony Abbott ini berada dalam posisi tidak mengiyakan dan juga tidak menolak.

Berdasarkan pemberitaan dari The Australian hari ini, ternyata pemberiaan “uang panas” ini diduga dilakukan oleh ASIS (Australian Secret Intelligence Service) atau semacam Badan Intelejen Nasional (BIN) kalau di Indonesia. Operasi rahasia yang bocor ini bermula dari informasi yang diungkap oleh pihak kepolisian Indonesia berdasarkan pengakuan awak kapal yang diinterogasi.

Bermula dari informasi ini kemudian kasus ini meluas karena pihak UNHCR juga melakukan investigasi dan mendapatkan hasil bahwa kemungkinan pengungsinya juga dibayar. Pemberian “uang haram” ini dianggap sebagai salah satu strategi untuk menolak pengungsi yang masuk ke Australia dan mengembalikannya ke Indonesia terkait dengan kebijakan pemerintah yang dinamakan Turn Back the Boat Policy.

Bocoran yang berhasil diungkap oleh The Australian menyebutkan bahwa kasus ini bermula ketika terjadi ketidak lancaran dalam mentransfer pelaut Australia karena perahu karet terbalik dan para penumpangnya terjebur di laut, namun tidak ada korban maupun yang mengalami luka serius.

Selanjutnya petugas patrol laut Australia di kapal HMAS Woolongong melakukan evaluasi terhadap kondisi kapal pengungsi pencari suaka dari Bangladesh, Myanmar dan Sri Langka yang membawa 65 orang. Kapal yang mengangkut pengungsi tersebut bertolak dari Indonesia menuju New Nealand. Di tengah laut kapat tersebut mengalami kebocoran dan mesin kapalnya mengalami kerusakan.

Memang tidak jelas hubungan antara perahu karet yang terbalik dengan penemuan kapal pengungsi tersebut. Apakah cerita memang kebetulan kedua kejadian tersebut lokasinya berdekatan, sehingga kedua cerita itu berkaitan atau terpisah sama sekali.

Selanjutnya oleh petugas patroli laut Australia para pencari suaka tersebut ditranfer ke dua buah kapal yang telah disediakan dan diperintahkan kembali ke Indonesia. Berdasarkan bocoran informasi ini disebutkan peristiwa ini terjadi di dekat pulau Landuti yaitu 500 km di sebelah pantai timur laut Australia.

Sampai di sini tentunya belum terjawab mengapa sampai terjadi pemberian “uang panas” tersebut. Diduga petugas ASIS yang ada di kapal Wollongong tersebut yang berpakaian sipil dan memfasilitasi pembayaran “uang haram” tersebut. Namun pemerintah tetap tidak mau menyangkal maupun mengiyakan pemberian uang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun