Perkembangan ilmu pengetahuan terkait transplantasi ginjal  babi ke manusia  mengalami perkembangan yang sangat pesat.  Salah satunya  yang digunakan teknologi pengeditan gen yang dapat memecahkan masalah penolakan organ.
Pada dasarnya teknologi pengeditan gen agar organ dari babi  dapat diterima tubuh manusia melalui tiga tahapan yaitu menghilangkan gen tertentu dari babi yang bereaksi terhadap antbodi manusia.  Selanjutnya ditambahkan gen tertentu dari manusia untuk meningkatkan kecocokan ginjal dengan manusia. Tahap terakhir adalah menonaktifkan  virus yang ada di semua genom babi untuk menghilangkan risiko infeksi pada penerimanya.
Tidak heran jika dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat ini  menimbukan  harapan baru bagi pasien yang menunggu donor organ secara konvensional karena kekurangan organ donor.  Saat ini para peneliti  memfokuskan untuk mengeksplorasi transplantasi organ babi sebagai solusi terhadap kekurangan donor ginjal di seluruh dunia.
Harapan ini tampak menjanjikan ketika  para ahli bedah di Amerika Serikat melakukan berhasil transplantasi ginjal dari babi hasil rekayasa genetika ke manusia hidup pada bulan maret lalu.  Walaupun pasien ini akhirnya meninggal dunia setelah bertahan hiudp selama dua bulan, momen ini dipandang sebagai lompatan yang sangat penting  dalam mengatasi kekurangan organ di seluruh dunia.Â
Data menunjukkan bahwa kekurangan organ untuk transpanlasi seperti misalnya ginjal dari manusia memang  sangat kronis.  Sebagai contoh di Australia terdapat sebanyak 1.400 pasien yang menunggu transplantasi ginjal, sedangkan di Amerika angkanya  mencapai 96.500 orang.
Transplantasi  merupakan cara yang dinilai efektif ketika pasien mengalami gagal ginjal akut sehingga perlu dilakukan cuci darah secara rutin.  Disamping itu hasil studi yang dilakukan oleh National Kidney Foundation juga menunjukkan bahwa orang dengan transplantasi ginjal hidup lebih lama dibandingkan mereka yang menjalani dialisis.
Transplantasi organ antar spesies  yang dikenal  sebagai xenotransplantasi memang  mengundang kontroversi karena menyangkut masalah etik. Masyarakat  umumnya  tidak menyukai jenis hewan yang digunakan dalam penelitian dan juga donor.  Bagi umat muslim tentunya akan menolak jika organ yang dicangkokkan berasal dari babi karena masalah kehalalnya. Disamping bagi aktivis dan pencinta hewan memandang bahwa hewan sekalipun tidak layak dikorbankan untuk kepentingan manusia.
Selama beberapa dekade, para peneliti telah mengeksplorasi penggunaan organ dan jaringan hewan yang ditransplantasikan pada manusia. Sebagai contoh di tahun 1984 tercatat bayi pertama  menjalani xenotransplantasi dengan  menerima jantung babon dan dapat bertahan hidup selama 21 hari.
Mengingat ukuran organ babi memiliki ukuran yang hampir serupa dengan manusia, bagian tubuh babi sudah banyak digunakan untuk tujuan pengobatan pada manusia, seperti insulin diabetes dan jaringan untuk katup jantung. Dalam perkembangannya  ginjal babi yang mengalami proses pengeditan gen telah  berhasil ditransplantasikan ke monyet yang dapat bertahan hidup selama rata-rata 176 hari dan dalam kasus lainnya dapat bertahan hidup selama lebih dari dua tahun. Dalam perkembangannya tidak hanya ginjal saja yang ditransplantasikan ke manusia namun juga organ lainnya seperti jantung dengan menggunakan teknologi yang hampir sama.
Keberhasilan translantasi ginjal babi ke manusia memang menimbulkan harapan baru bagi jutaan pasien di seluruh dunia yang menderita gagal ginjal. Namun dibalik kisah sukses ini masih diselimuti berbagai kontroversi yang kemungkinan besar tidak pernah sirna.