Tanggal 13 September 1993 merupakan hari sejarah yang memberikan secercah harapan perdamaian Pelestina dan Israel ketika Bill Clinton dengan sikap angkuh menyaksikan penandatanganan yang dikenal sebagai perjanjian Oslo oleh Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin dan Ketua Organisasi Pembebasan Palestina Yasser Arafat di Gedung Putih, Washington.Â
Penandatanganan ini disertai dengan jabatan tangan kedua musuh bebuyutan ini. Tidak hanya sampai disitu saja bahkan setelah berjabat tangan dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin, Yasser Arafat juga mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan dua petinggi Israel lainnya yang menjadi tokoh setral konflik.
Ketika itu dunia meyambut penandatangan Perjanjian Oslo ini dengan gegap gempita karena menganggap bahwa dengan perjanjian ini konflik Palestina dan Israel akan segera berakhir, bahkan buah dari perjanjian ini di tahun 1994 Arafat dan Rabin dianugerahi Nobel Perdamaian.
Warga Palestina ketika itu menaruh harapan yang sangat besar karena mereka menganggap bahwa dalam waktu dekan negara mereka akan berdaulat walaupun dalam kondisi wilayahnya hanya 22 % saja dari wilayah mereka sebelum pendudukan Israel.
Harapan warga Palestina ini kelak dikemudian hari akan terwujud dengan berdirinya negara Palestina, namun konflik Palestina dan Israel ini tidak pernah reda.
Perjanjian Oslo mensyaratkan kepemimpinan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang diasingkan akan diizinkan untuk kembali hanya ke wilayah yang diduduki Israel pada tahun 1967 yaitu di Tepi Barat dan Gaza dan akan diizinkan untuk membentuk pemerintahan sementara yang dikenal dengan nama Palestina sebagai Otoritas Palestina untuk jangka waktu lima tahun.
Perjanjian Oslo yang menjadi harapan besar ini ternyata dalam perjalanannya gagal membentuk negara Palestina yang dipimpin oleh pemimpin yang diharapkan oleh rakyat Palestina memperjuangkan pembebasan Palestina.Â
Di lain pihak bagi kelompok ekstrimis Israel penjanjian ini dianggap sebagai kelemahan pimpinan Israel yang lemah berujung pada pembunuhan Yitzhak Rabin.
Road map perjanjian Oslo ini yang semula dirancang dengan tujuan mencapai perdamaian dalam waktu lima tahun, ternyata harus melalui jalan berliku yang penuh dengan kerikil tajam yang membuat membuat konflik Palestina dan Israel ini masih berlanjut 30 tahun kemudian.