Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mengenang Prof Ian Wilmut Sang Kreator Kloning Domba Dolly

13 September 2023   19:08 Diperbarui: 13 September 2023   20:13 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Ian Wilmut bersama hasil kreasinya domba Dolly yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi kloning sel somatik. Photo: LEWIS HOUGHTON/SCIENCE PHOTO LIBRARY  

Minggu ini dunia ilmu pengetahuan dirundung duka karena salah satu ilmuwan ikonik penemu teknik kloning sel somatik yang menghasilkan domba Dolly  yaitu Prof Ian Wilmut meninggal dunia di usianya yang ke 79 tahun.

Di tahun 1996 dunia dikejutkan dengan  kelompok peneliti dari Roslin Institute di Edinburg yang mengumumkan keberhasilan mereka mengkoning domba yang diberi nama Dolly. Keberhasilan ini memang dinilai sangat istimewa karena Dolly dihasilkan dari kloning sel somatik ambing bukan dari sel embrio.  

Tidak heran  jika hasil penelitian kelompok peneliti dianggap sebagai salah satu capaian ilmiah terbesar di abad 20. Nama Prof Ian Wilmut yang menjadi salah satu kreator domba Dolly ini menjadi ikon dunia ilmu pengetahuan karena keberhasilannya melakukan kloning pertama di dunia dengan menggunakan sel somatik yang ketika itu dianggap mustahil dilakukan.

Dalam proses kreasinya, kelompok peneliti ini memanfaatkan sel ambing dan menempatkannya pada sel telur yang telah dikosongkan dan selanjutnya menggunakan simulasi listrik dan penambahan bahan kimia.  Dengan teknik yang diluar kebiasaan ini ternyata sel ambing yang telah  memiliki memori ini kehilangan memorinya dan  berkembang menjadi embiro, dan berprilaku  seolah olah merupaan  embrio hasil pertemuan sel sperma dan telur yang belum memiliki memori.

Salah  satu dari ribuan sel  ambing yang dikloning oleh tim peneliti ini ternyata ada satu yang terus berkembang pada tahapan berikutnya dengan normal  seperti layaknya embrio.  Selanjutnya embrio ini ditanamkan pada rahim induk angkatnya dan melahirkan domba Dolly.

Keberhasilan melakukan kloning sel somatik ini membuka cakrawala baru dalam penelitian sel yang selanjutnya menjadi dasar pengembangan sel untuk berbagai kepentingan umat manusia seperti penyembuhan penyakit penuaan karena dengan megunakan teknologi ini memungkinkan tubuh melakukan regenerasi jaringan yang rusak. 

Teknologi yang sama juga dapat menumbuhkan jaringan otak dan otot yang dapat ditransplantasikan ke pasien. Disamping itu penemuan yang spektakuler ini  kelak menjadi salah satu teknologi yang digunakan dalam penyembuhan penyakit degeratif yang memberikan kesempatan pada orang untuk  hidup lebih lama dan lebih sehat.

Banyak kalangan yang mengatakan bahwa kelahiran domba dolly dengan teknik kloning yang  tidak biasa ini merupakan salah satu tonggak sejarah ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat, namun di lain pihak banyak juga yang mengkhawatirkan teknologi ini akan terapkan untuk melakukan kloning pada manusia dengan cara yang sama.

Secara teoritis  teknologi kloning sel somatik ini dapat diterapkan pada manusia.  Artinya jika seseorang ingin mengkoning dirinya, maka orang tersebut cukup mengambil sel dari  bagian tubuhnya seperti kulit atau otot dan dengan menggunakan teknologi yang sama akan dapat menghasilkan embrio dan selanjutnya dapat ditanamkan pada rahim ibu angkat dan selanjutnaya akan menghasilkan bayi hasil kloning orang tersebut.

Dalam perkembangannya peneliti Jepang dengan menggunakan teknik yang dikembangkan oleh Prof Ian Wilmut ini berhasil menemukan cara untuk menciptakan sel yang berprilaku sama seperti sel induk embriotik tanpa menggunakan teknik kloning yang dinamakan Sel Induk Pluripoten Terinduksi (Induced Pluripotent Stem Cells, IPS).  Para peneliti di seluruh dunia kini  telah berhasil mengembangkan berbagai macam sel menggunakan IPS ini yang aman dan efektif digunakan sebelum memulai uji klinis pada pasien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun