Dengan diangkatnya politikus kawakan Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri, nampaknya gonjang ganjing politik di Malaysia belumlah reda, karena pihak oposisi yang dipimpin oleh Muhyiddin Yassin tampaknya terus berusaha memanfaatkan setiap kesempatan untuk menjatuhkan Anwar Ibrahim. Perseteruan dua tokoh politik Malaysia ini seolah melanjutkan perseteruan lama yang tidak berujung antara Mahathir Muhamad dan Anwar Ibrahim.
Salah satu momen yang digunakan oleh pihak oposisi untuk mengoyang kursi dalam upaya melakukan delegitimasi pemerintahan Anwar Ibrahim adalah melalui pemilihan negara bagian yang sangat  penting dan krusial yang baru usai hari sabtu lalu.
Hasil pemilihan negara bagian ini ternyata masih mencerminkan dukungan rakyat Malaysia terhadap Anwar Ibrahim walaupun pihak oposisi memenangkan beberpa kursi tambahan. Hasil pemilu ini juga  mencerminkan  dukungan masyarakat Malaysia terhadap pemerintahan Anwar Ibrahim sekaligus menunjukkan kemenangan oposisi konservatif di tiga negara bagian.
Pemilihan yang berlangsung di enam negara bagian dari 13 negara bagian yang ada yang baru saja usai hari sabtu lalu ini dapat dianggap sebagai referendum apakah rakyat Malaysia cenderung mempercayai  kepemimpinan Anwar Ibrahim ataulebih condong pada  pihak oposisi termasuk Partai Islam Pan-Malaysia (PAS).
Hasil pemilihan negara bagian yang krusial ini menunjukkan bahwa aliansi muti etnis Pakatan Harapan  pimpinan Anwar Ibrahim berhasil menang di tiga negara bagian yaitu Selangor , Penang dan  Negeri Sembilan yang sebelumnya memang dimenangkan oleh Pakatan Harapan. Sedangkan aliansi Parikatan Nasional yang didukung oleh PAS juga mempertahankan posisinya menang di tiga negara bagian yaitu kedah, Kelantan dan Trengganu Utara.
Dengan hasil seperti ini maka Anwar Ibrahim untuk sementara dapat  melanjutkan pemerintahannya sekaligus meningkatkan stabilitas pemerintahannya, walaupun ke depan tentunya pihak oposisi akan terus mencari jalan untuk menggoyang kursinya.
Polarisasi kutub politik  di Malaysia memang telah terjadi ketika dilaksanakannya pemilihan umum di bulan November tahun 2022 lalu dan berlanjut sampai saat ini. Jika kita melakukan kilas balik dengan melihat hasil pemilu yang dilaksanakan bulan November 2022 lalau, Anwar Ibrahim yang kini berusia 76 tahun memang dihadapkan pada situasi politik yang sulit karena walaupun keluar sebagai pemenang pemilu, kemenangannya belum mencapai mayoritas di parlemen.
Saat itu situasi politik di Malaysia memang tidak menentu karena menghadapi apa yang dinamakan "hang parliament" yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Malaysia.  Ketidak pastian politik ini akhirnya diambil alih oleh pihak Kerajaan dengan  mengeluarkan perintah Pakatan Harapan dan partai saingannya termasuk  partai kawakan UMNO yang hancur reputasinya karena dilanda kasus korupsi  untuk  bersatu mengamankan koalisi dan  membentuk pemerintahan dengan total  kursi dua per tiga jumlah kursi di parlemen.
Namun walaupun sampai saat ini masih utuh, koalisi ini masih dianggap rentan  dan tidak stabil karena membutuhkan dukungan yang lebih kuat dari  kelompok mayoritas Melayu. Kekhawatiran ini memang cukup beralasan karena bagi kelompok  Melayu  dengan jumlah mencapai dua per tiga dari jumlah pendukduk Malaysia yang mencapai 33 juta orang ini, Anwar Ibrahim dianggap teralu liberal dan akan membahayakan islam dan  hak istimewa dalam bidang ekonomi yang dimilikinya yang telah beralangsung  selama ini.
Hasil pemilu negara bagian yang baru usai memang merupakan ujian bagi Anwar Ibrahim namun dirinya dapat melaluinya dengan baik sekaligus menggagalkan upaya oposisi untuk menggoyang kepemimpinannya yang dikomandoi oleh Partai islam PAS. Namun ke depan belum ada jaminan bahwa Anwar Ibrahim dapat dengan tenang menjalankan pemerintahnnya sampai  batas akhir karena walaupun hasil pemilu negara bagian menunjukkan hasil Status Quo namun pihak oposisi berhasil menambah kursinya di beberapa negara bagian yang dimenangkan oleh koalisi Anwar Ibrahim.