Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Benarkah MSG Berbahaya Bagi Kesehatan?

11 Mei 2023   09:50 Diperbarui: 11 Mei 2023   15:19 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
MSG sudah lama menjadi kambing hitam yang berdampak negatif bagi kesehatan, namun tidak ada bukti ilmiah yang mendukungnya. Photo:colleenchristensennutrition.com 

MSG (monosodium glutamate) yang dikenal oleh masyarakat awam sebagai vetsin memang sudah lama  menjadi kambing hitam karena dianggap menimbulkan efek negatif  bagi kesehatan.

Bahkan MSG sudah berubah menjadi  simbul rasisme ketika MSG dianggap monopoli orang Asia dan mendatangkan bahaya  bagi kesehatan masyarakat  dunia barat.

Sudah puluhan tahun MSG menjadi kambing hitam dan dituduh menjadi biang kerok timbulnya berbagai masalah kesehatan, akibatnya sudah puluhan tahun banyak restoran terkemuka anti menggunakan MSG ini dan dianggap tabu.

Namun benarkah demikian? Apakah ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa MSG berbahaya bagi kesehatan?

Apa itu  MSG

Penemuan MSG memiliki sejarah yang panjang. Pada tahun 1907, seorang ahli kimia Jepang bernama  Kikunae Ikeda mengekstraksi zat glutamate dengan cara merebus rumput laut kombu dalam jumlah besar untuk dengan tujuan memberikan rasa gurih (umami)  yang dapat bertahan lebih lama.

Melalui penelitiannya ini Kikunae Ikeda akhirnya berhasil menciptakan  rasa umami melalui ciptaannya MSG dalam bentuk kristal.

Pembuatan dalam bentuk kristal ini disamping dapat diproduksi secara masal juga akan sangat mudah dalam penggunaannya saat memasak.

Hasil temuan ini dipatenkan bersama dengan pengusaha Saburosuke Suzuki yang selanjutnya mendirikan perusahaan Ajinomoto untuk memproduksi bumbu tersebut.

Sontak saja penemuan ini dalam sekejab menjadi pembicaraan dunia dan penggunaanya pun meluas dengan sangat cepat.

Sebagai informasi, monosodium glutamat merupakan glutamat yang mengkristal  banyak sekali ditemukan pada berbagi jenis bahan makanan.

Ketidaktahuan orang awam yang menganggap bahwa MSG  sebagai bahan sintetik membuat citranya menjadi semakin buruk.

Pada kenyataannya MSG berasal dari tumbuhan yang memalui proses fermentasi akan menghasilkan monosodium glutamate.

Dalam pembuatannya biasanya tebu atau jagung difermentasi dengan menggunakan mikroba untuk menghasilkan glutamate yang merupakan asam amino yang juga diproduksi oleh tubuh kita yang berfungsi sebagai neorotransmiter.

Dalam proses lanjutannya natrium ditambahkan dan dilakukan proses kristalisasi.

MSG pada akhirnya menimbulkan apa yang dikenal dunia kuliner sebai umami yaitu "rasa kelima" disamping rasa  manis, asam, asin, dan pahit.

Rasa gurih MSG inilah yang membuat makanan menjadi semakin terasa sedap ketika ditangkap oleh reseptor yang dimiliki oleh indra pengecap kita.

Jika bersama dengan makanan inosilat dan guanilat, maka glutamat akan menempel pada reseptor dalam waktu yang lebih lama yang tentunya akan menimbulkan rasa sedap yang lebih lama.

Secara alami makanan seperti keju, tomat, dan daging juga  mengandung glutamat alami oleh sebab itu tidak heran bahan makanan ini terasa sedap.

Bahan makanan lain yang mengandung glutamat tinggi adalah wortel dan bawang bombai.

Jadi tidak heran jika kita measak bahan makanan wortel dan bawang bombai,  menggunakan daging (mengandung inosilat yang tinggi) dan Ikan (mengandung inosilat) dan kombu rumput laut (yang mengandung glutamate) akan menimbulkan rasa umami yang  kuat.

Kontroversi

Dalam perkembangannya MSG menimbulkan sensasi tersendiri  dan melambungkan namanya.  

Namun dalam perjalananya MSG mendapat pukulan terbesar ketika muncul isu bahwa MSG berbahaya bagi kesehatan yang pelarangan penggunaan MSG.

Kontroversi dan pandangan negatif  terhadap MSG ini memuncak  di tahun 1968 seorang dokter AS menulis surat ke jurnal ilmiah medis dan menyebut istilah  "Chinese Restaurant Syndrome".

Rasisme terhadap MSG yang dikaitkan dengan masakan  Asia sudah terjadi lama sekali. Photo: Jeremy Pawlowski / Stocksy United  
Rasisme terhadap MSG yang dikaitkan dengan masakan  Asia sudah terjadi lama sekali. Photo: Jeremy Pawlowski / Stocksy United  

Salah satu jenis masakan  yang banyak menggunakan MSG. Photo: Kompas.com
Salah satu jenis masakan  yang banyak menggunakan MSG. Photo: Kompas.com

Menurut dokter ini Chinese Restaurant Syndrome digambarkan sebagai gejala yang dialami oleh orang yang mengkonsumsi makanan di resotran Cina yang mengalami gejala seperti mati rasa di bagian belakang leher, rasa lemas dan jantung berdebar.

Dokter ini menduga bahwa MSG bersama bahan makanan lainya seperti anggur masak dan natrium dalam jumlah tinggi sebagai pemicu gejala ini. Sayangnya sampai saat ini dugaan dokter ini belu dapat dibuktikan secara ilmiah.

Sebagai dampaknya gelombang anti MSG melanda dunia dan mengaitkan  berbagai gejala yang dialami seseorang seperti misalnya mengalami sesak nafas, menimbulkan keringat dingin, sakit kepala dll  setelah mengkonsumsi restoran Cina.

Padahal secara ilmiah MSG tidak tergolong  sebagai zat yang menimbulkan alergi.  Tubuh kita secara alami menghasilkan glutamat, sehingga tentunya  tidak mungkin ada yang alergi terharap glutamat.

Berbagai penelitan yang mencoba membuktikan MSG berdampak buruk pada kesehatan yang berlangsung selama puluhan tahun ternyata tidak berhasil membuktikan secara ilmiah bahwa MSG berdampak negatif  pada kesehatan.

Oleh sebab itu tidak heran jika berbagai organisasi pemerintah  di dunia termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika  (FDA)  mendaftarkan MSG sebagai bahan makanan yang aman untuk dikonsumsi.

Demikian juga isu bahwa MSG  akan mengurangi asupan natrium dan menimbulkan masalah bagi kesehatan serperti menimbulkan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan stroke juga tidak terbukti secara ilmiah.

Nasib MSG ke depan

Setelah melalui perjalanan panjang dan berliku MSG kini terbukti secara ilmiah tidak berbahaya  bagi kesehatan.

Oleh sebab itu tidak heran jika kini berbagai restoran  kelas dunia yang mendeklarasikan  secara terbuka bahwa restorannya menggunakan MSG dan terbukti mendapatkan berbagai penghargaan sebagai restoran kelas  dunia.

Menghilangkan stigma bahwa MSG menimbulkan alergi dan  Chinese Restaurant Syndrome memang tidak  mudah karena stigma ini sudah melekat lama sekali akibat kombinasi ketidak tahuan dan rasisme terhadap makanan Asia yang umumnya menggunakan MSG.

Ke depan tampaknya sigma negatif terhadap MSG ini secara perlahan akan berubah  baik di Amerika maupun di negara lainnya.

Semoga tulisan ini memberikan sedikit pencerahan.

Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun