Tidak ada yang dapat menyangkal bahwa perubahan iklim global  sangat menentukan ketahanan pangan dunia.
Perubahan iklim global yang semakin memburuk tentunya membuat berbagai pihak terkait menjadi semakin gundah apalagi laporan terakhir yang dikeluarkan oleh Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) minggu ini menyimpulkan bahwa jika suhu bumi meningkat di atas 2oC maka pembangunan yang berkelanjutan akan semakin tidak terjangkau.
Bagi pertanian dalam arti luas peningkatan suhu 2oC ini akan berpengaruh  sangat besar karena akan menimbulkan efek domino seperti munculnya cuaca ekstrim yang menimbulkan kekeringan dan banjir yang berdampak besar pada produktivitas pertanian, peternakan dan perikanan.
Kondisi ini tentunya dalam jangka pendek maupun jangka panjang akan mempengaruhi ketahanan pangan dunia dan juga ekonomi secara keseluruhan.
Kondisi iklim global yang semakin memburuk ini tentunya akan meningkatkan resiko  kerawanan pangan dunia karena menurut laporan tersebut dan juga FAO akan ada sebanyak 80 juta orang di kawasan Afrika sub-Sahara, Asia Selatan  dan Amerika Tengah yang akan kelaparan di tahun 2050 mendatang jika tidak diambil langkah ekstrim untuk mengatasinya.
Sampai saat ini upaya dunia dalam mengurangi perubahan iklim global tampaknya tidak akan banyak membuahkan hasil.  Oleh sebab itu pola pikir yang harus dikembangkan adalah meningkatkan dan mempercepat inovasidalam bidang pertanian, peternakan dan perikanan  yang dapat bertahan di tengah tengah perubahan iklim global ini.
Perubahan iklim berpengaruh besar pada petani di seluruh dunia. Tidak hanya sampai disitu saja  sekitar 50%  populasi dunia menghadapi kelangkaan air yang parah akibat faktor iklim ini.
Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana meningkatkan dan menciptakan inovasi tepat guna yang dapat mengurangi dampaknya pada ketahanan pangan ?
Tanaman padi yang menjadi andalan dunia untuk menghasilkan pangan pokok kini menjadi perhatian dunia karena membutuhkan air yang banyak dan juga mengeluarkan gas metan yang tinggi dalam membudidayakannya.
Saat ini para peneliti sudah berhasil mengembangkan  varietas padi yang tahan dibudidayakan pada iklim ekstrim dengan kebutuhan air yang lebih sedikit sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca.