Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Wabah Flu Burung Kembali Menghantui Dunia, Indonesia Perlu Waspada

17 Februari 2023   11:23 Diperbarui: 17 Februari 2023   11:25 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fokus dunia mengendalikan Covid-19 kini mulai teralihkan dengan kembali merebaknya flu burung yang mematikan di berbagai negara di dunia.

Kekhawatian meledaknya kembali wabah flu burung memang sangat beralasan karena pihak berewang WHO  saat ini memperkirakan 500 juta ayam dan unggas lainnya   mati akibat merebaknya kembali flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1.

Hal yang kebih memkhawatirkan  kini flu burung tidak saja menyerang dan menginfeksi unggas saja namun juga mamalia seperti beruang, singa dllnya.

Virus H5N1 yang menyebabkan kematian masal unggas  dan juga dapat menyerang manusia ini memang dikenal sangat ganas dan sangat pathogen dan dapat dengan sangat cepat menyebar.

Berikut adalah beberapa gejala unggas yang tekena flu burung: 

  •     Kematian mendadak
  •     Kesulitan bernapas, seperti batuk, bersin, atau serak
  •     Pembengkakan dan perubahan warna ungu pada kepala, jengger, pial dan leher
  •     Penurunan cepat nafsu  makan, minum dan produksi telur
  •     Bulu acak-acakan dan mata tertutup
  •     Diare

Badan kesehatan dunia WHO juga telah mengeluarkan peringatan akan potensi merebaknya kembali wabah flu burung yang tidak saja mematikan bagi unggas namun juga akan berdampak pada pada manusia.

Tanda tanda mulai bangkitnya wabah flu burung ini dimulai  tahun 2021 lalu ketika flu burung kembali merebak  di Eropa, Amerika dan Australia. Selanjutnya wabah flu burung ini bergerak ke selatan memasuki wilayah Amerika Selatan.

Sampai saat ini vaksinasi memang masih menjadi pilihan, namun banyak  negara tidak melakukannya karena adanya kekhawatiran terjadi penyebaran yang lebih luas lagi akibat unggas  tanpa gejala akan ikut menyebarkan virus ini pada unggas  yang belum divaksin.

Banyak negara saat ini memilih untuk memusnahkan unggas  yang terkena flu burung ini dan juga unggas lain yang berada pada radius tertentu dari titik merebaknya wabah flu burung ini. Namun tentunya kerugian ekonomi akibat pemusnahan massal (stamping out) ini sangat besar.

Dari sisi resiko penyebaran flu burung ini ke seluruh dunia yang semakin buruk ini vaksinasi memang diperlukan untuk mengendalikan wabah ini.

Merabaknya kembali flu burung ke seluruh dunia ini tidak lepas dari evolusi dan mutasi yang dialami oleh virus pathogen.

Flu burung sebenarnya muncul akibat adanya beberapa virus yang tingkat pathogennya rendah dan ada pada burung liar sehingga tidak menyebabkan penyakit.

Virus H5N1 (warna kuning) yang kini kembali merebak. Photo:   CDC;Cynthia Goldsmith;ABC. 
Virus H5N1 (warna kuning) yang kini kembali merebak. Photo:   CDC;Cynthia Goldsmith;ABC. 

Namun virus flu burung dari strain  H5 dan H7 sangat berbeda karena memiliki pathogen yang sangat tinggi dan menyebabkan penyakit yang parah dan berujung kematian.

Jika dilihat dari sejarahnya para pakar menyebutkan bahwa strain flu burung yang ganas ini telah mengalami evolusi dan mutasi pada ungags dan menyebar pada burung liar dan akhirnya kembali menyebar pada unggas.

Kemunculan Kembali

Pada tahun 1996 dunia dikejutkan dengan munculnya wabah flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1 yang sangat mematikan dan menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar dan memakan korban jiwa manusia. Dengan sangat cepat di tahun 2003 virus ini sudah menyebar di seluruh dunia.

Penyebaran flu burung saat itu sangat cepat karena di tahun 2014 flu burung dengan strain baru yag lebih ganas telah menyebar dan berkembang di Korea dan selanjutnya menyebar ke wilayan Eropa, Amerika Utara dan Asia.

Dengan mempelajari pola  penyebaran virus flu burung ini, maka munculnya kembali flu burung dalam kurun waktu 4 tahun terkahir ini menimbulkan kekhawatiran bahwa wabah flu burung ini kembali akan menyebar keseluruh dunia.

Salah satu hal yang diduga akan menjadi faktor penyebarnya adalah ditemukannya strain baru virus flu burung yaitu varian 2.3.4.4b yang sangat ganas.

Strain baru virus flu burung ini tidak saja memiliki memampuan untuk menyerang unggas saja namun juga menyerang  berbagai spesies termasuk mamalia.

Strain baru flu burung ini menyerang cempelai di Spanyol dan menyebabkan kematian 52 ribu cempelai. Virus flu burung ini juga menyerang kalkun, pelican dan burung liar lainnya.

Menurut catatan virus flu burung varian baru ini telah menyerang 236 spesies burung liar termasuk  diantaranya elang, burung nasar, pelican dan penguin.

Penyebaran virus flu burung pada cempelai ini memang  menimbulkan kekhawatiran tersendiri karena dapat  menjadi jembatan penyebaran virus ini ke mamalia termasuk manusia.

Wabah flu burung yang menyerang peternakan cerpelai menimbulkan kekhawatiran bahwa virus telah berevolusi untuk menyebar di antara mamalia untuk pertama kalinya.

Jika hal ini terjadi maka penyebaran virus ini antar mamalia tinggal menunggu waktu saja karena virus ini memiliki kemampuan mutasi  yang luar biasa.

Kekhawatian ini sangat beralasan karena 20 tahun yang lalu virus ini membunuh harimau penghuni kebun binatang  yang diberi makan burung yang terinfeksi  virus ini.

Perlu Waspada

Sejak Januari 2021, telah terjadi 186 wabah H5N1 pada mamalia yang menyerang 17 spesies termasuk rubah, berang-berang dan anjing laut, beruang, singa gunung, dan sigung.

Keganasan virus flu burung ini tidak saja menyerang sistem pernafasan namun juga sistem syaraf pusat dan otak mamalia.

Kekhawatiran virus ini bermutasi dan menyebabkan penularan antar mamalia memang kini semakin membesar walaupun saat ini tingkat kematian pada manusia masih rendah.

Indonesia perlu bersiap jika akhirnya virus flu burung ini masuk kembali ke Indonesia karena jika sudah masuk maka dipastikan akan menimbulkan kerugian yang sangat besar pada industri  perunggasan nasionaldan perekonomian nasional.

Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun