Siapa yang tidak kenal kekuatan ekonomi Jepang pasca Perang Dunia II? Setelah kalah dan remuk dalam perang Dunia II, Jepang bangkit menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi utama dunia dengan mengandalkan pada kekuatan teknologi elektronik dan otomotifnya.
Selama ini mata uang Yen  dianggap stabil sehingga banyak investor tidak hanya di Jepang namun juga di berbagai negara  menganggap Yen aman sebagai salah satu perangkat bisnisnya dan banyak diminati investor.
Kini stabilitas Yen tinggal kenangan, karena dalam beberapa bulan ini Yen mengalami tubulensi yang mengakibatkan nilai mata uang Jepang ini telah kehilangan lebih dari seperlimanya terhadap dollar Amerika dan mencapai level terendah sejak tahun 1990 lalu.
Jika dalam kurun 5 tahun yang lalu 1 US dollar  setara dengan 105 Yen, kini 1 dolar US setara dengan 150 Yen.
Dalam situasi yang sangat komplek ini para pakar ekonomi dunia memang berpendapat bahwa Yen akan mengalami nasib buruk karena nilainya akan terus melemah dan diperkirakan nilai tukarnya akan mencapai 180 Yen untuk setiap satu dollar Amerika. Bahkan jika tren ini terus berlanjut George Soros meramalkan nilai mata uang akan terpuruk lebih lanjut.
Mengapa Yen Terpuruk?
Salah satu faktor utama yang menyebabkan keterpurukan nilai Yen ini adalah suku bunga.
Jepang memang tercatat sebagai salah satu negara kaya dunia yang menerapkan suku bunga nol persen.
Selama masa pandemi, langkah Jepang ini iikuti oleh beberapa negara kaya dunia lainnya dengan tujuan untuk menguatkan sekaligus mendukung perekonomiannya.