Bangladesh merupakan salah satu negara di dunia yang sangat rawan akan bencana alam utamanya hujan deras yang mengakibatkan banjir.
Setiap tahunnya banjir besar secara rutin melanda Bangladesh yang tentunya akan sangat berpengaruh pada produksi pangan negara yang tergolong miskin dan rawan ini.
Di beberapa wilayah di Bangladesh ada area  daratan yang tergenang air lebih 8-10 bulan setiap tahunnya, sehingga lahan pertanian Bangladesh yang semakin sempit ini jika tidak menerapkan teknologi bercocok tanam yang ekstrim yang beradaptasi pada kondisi setempat akan meningkatkan kerawanan pangan negara ini.
Pertanian Terapung
Dalam situasi yang tidak menguntungkan ini ternyata sudah lebih dari 200 tahun nenek moyang orang Bangladesh menerapkan teknologi pertanian terapung untuk wilayah yang sudah menjadi langganan banjir dan genangan air.
Teknologi pertanian terapung ini memang sangat dirasakan manfaatnya oleh petani  Bangladesh karena setiap tahunnya lahan pertanian mereka tergenang air rata rata 5 bulan.
 Teknologi pertanian terapung ini memang tergolong sederhana namun merupakan teknologi  tepat guna yang sangat bermanfaat sebagai solusi para petani di wilayah banjir.
Teknologi ini pada dasarnya merupakan pembuatan rakit terapung dengan bahan eceng gondok yang banyak ditemukan di  Bangladesh.
Batang eceng gondok dianyam membentuk rakit untuk selanjutnya difungsikan sebagai pengganti lahan para petani yang tergenang, sehingga selama musim genangan air para petani masih memiliki hasil pertanian untuk memberi makan keluarganya dan menjual sebagian hasil pertaniannya.
Sayangnya biaya pembuatan satu rakit terapung ini memang meningkat tajam tahun lalu harga 1 rakit eceng gondok ini  hanya  sekitar Rp. 250 ribu, namun kini sudah mencapai Rp 1 juta.