Upaya dunia untuk mengakhiri kemiskinan ekstrim di muka bumi ini pada tahun 2030 kemungkinan besar tidak akan tercapai.
Ada dua faktor utama yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh dunia akan terjadi ternyata terjadi dan berdampak sistemis pada kemiskinan. Kedua faktor tersebut adalah pandemi Covid-19 dan perang Rusia dan Ukraina.
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Bank Dunia target dunia untuk mengeliminasi kemiskinan ekstrim di tahun 2030 tidak akan tercapai karena adanya guncangan ekonomi yang tidak diprediksi sebelumnya.
Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh Bank Dunia menyebutkan bahwa kedua peristiwa ini membuat harga pangan dan energi meroket sehingga menghambat pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Bahkan di laporan tersebut disebutkan secara eksplisit bahwa ekonomi dunia mengalami kemunduran yang luar biasa sehingga laju pengurangan kemiskinan terhenti akibat prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin tidak menentu pasca invasi Rusia ke Ukraina.
Disamping itu perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara yang berpenduduk besar seperti Tiongkok dan India menurut Bank Dunia merupakan salah satu pemicu peningkatan inflasi.
Kemiskinan Ekstrim Semakin meningkat
Dengan situasi global yang sangat memprihatinkan ini Bank Dunia mencatat bahwa saat ini ada 7% dari penduduk dunia yaitu sebanyak 574 juta jiwa mengalami kemiskinan ekstrim yang bertahan hidup dengan US$ 2.15 per hari saja.
Saat ini Kemiskinan ekstrim sekarang terkonsentrasi di negara-negara Afrika sub-Sahara, yang pemingkatan kemiskinannya mencapai 35% dan berkontribusi terhadap 60 % jumlah orang yang mengalami kemiskinan ekstrim di dunia.
Laporan Bank Dunia ini juga menyebutkan bahwa lebih dari tiga miliar orang hidup dengan kurang dari US $6,85 per hari, yang merupakan rata-rata garis kemiskinan nasional negara-negara berpenghasilan menengah ke atas.