Nama Salman Rushdie mendunia ketika di tahun 1989 pemimpin Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa mati bagi dirinya sebagai respon dari novel yang ditulisnya dengan judul The Satanic Verses.
Terlepas dari isi novel sebagai sebuah  karya seni, beberapa bagian dari isi novel ini memang menyinggung langsung keimanan umat muslim dunia terkait  kesucian ayat ayat Quran.
Bagi banyak umat Muslim karya Salman  Rushdie ini dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap nabi Muhammad.
Oleh sebab itu,  tidak heran jika sejak diterbitkannya novel kontroversil yang tidak dapat dipungkiri  melambungkan nama Salman Rushdie ini, pada saat bersamaan  mengundang gelombang protes di seluruh dunia khususnya oleh umat muslim yang memakan sejumlah korban jiwa.
Fatwa mati ini diikuti pula oleh reward yang dijanjikan sebesar US$3 juta  oleh pemerintah Iran sebagai harga kematian Salman Rushdie menambah besarnya gelombang protes.
Hidup Dalam Persembunyian
Sejak keluarnya fatwa ini kehidupan Salman Rushdie berubah total karena harus hidup dalam persembunyian dari satu negara ke negara lain yang tidak banyak diketahui oleh kebanyakan orang.
Kehidupan dalam persembunyian ini ternyata tidak menyurutkan  dirinya untuk terus berkarya menghasilkan karya sastra yang banyak diminati oleh dunia karena sosoknya yang kontroversil ini yang dianggap berani melawan arus.
Sesekali Salman Rushdie muncul di depan publik untuk menunjukkan bahwa dirinya memiliki kehidupan yang normal walaupun dirinya sudah mendapat fatwa mati dan merupakan salah seorang yang paling dicari.
Oleh sebab itu, Â tidak heran jika dua minggu sebelum peristiwa tragis yang menimpa dirinya, Salman Rushdie secara terbuka ketika ditanya wartawan menyatakan bahwa kehidupannya telah normal kembali.
Salman Rushdie menyatakan bahwa ketakutan akan diserang orang merupakan bagian dari masa lalunya.
Banih Kebencian Itu Masih Ada
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!