Bagi seorang atlit  prestasi tentunya merupakan tujuan utama ketika memutuskan untuk memasuki dunia olahraga.
Jadi tidak heran jika seorang atlit akan mencurahkan segala yang dimilikinya untuk meraih kesuksesan dan menikmatinya di puncak prestasinya tersebut.
Namun dari sekian banyak atlit yang berusaha mencapai kesuksesan tersebut hanya sebagai kecil saja yang mencapai masa keemasannya di puncak prestasi.
Salah satu atlit  yang mencapai kesuksesan dalam olahraga tenis professional adalah Serena Williams yang merupakan sosok atlit penuh prestasi sekaligus penuh kontroversi sehingga banyak mendapat sorotan dan gunjingan.
Dari segi prestasi tentunya tidak banyak orang yang dapat membantah bahwa Serena Williams merupakan salah satu dari sedikit atlit wanita elit dunia yang telah menorehkan  banyak prestasi di dunia tenis professional.
Serena Williams menorehkan rekor 23 gelar Grand Slam, 14 gelar ganda grand slam, Â empat medali emas Olimpiade dan masih banyak lagi prestasi yang ditorehnya dalam olah raga ini.
Dengan segudang prestasi  ini tidak heran jika Serena Williams berhasil menginspirasi banyak orang  di seluruh dunia.
Minggu ini Serena Williams melalui tulisan di majalah ternama  Vogue  mengumumkan akan pensiun dari tenis setelah meraih prestasi yang cemerlang.
Setelah berada dipersimpangan jalan akhirnya Serena Williams akhirnya lebih memilih keluarga dibandingkan dengan olahraga yang mengharumkan namanya tersebut.
Bak cerita di negeri dongeng, di penghujung karir nya  Serena Williams masih memiliki kesempatan untuk menutup buku prestasinya dengan cerita manis jika nantinya dirinya memenangi US Open bulan depan.
Serena Williams yang telah berusia 40 tahun ini mengungkapkan keinginannya untuk memiliki anak kedua.
Dalam hal keluarga  Serena Williams memang memiliki kisah  tersendiri setelah dirinya mengalami komplikasi yang hampir merenggut nyawanya  pasca  kelahiran anak pertamanya Olympia.
Bagi Serena Williams  memiliki anak lagi bukanlah masalah yang sederhana dan setelah melalui pertimbangan panjang akhirnya memilih keluarga  dan meninggalkan dunia tenis professional karena dirinya memilih untuk memiliki anak kedua.
Kegamangan
Dalam tulisan perpisahannya dengan dunia  tenis yang dicintainya, yang diterbitkan di Vogue minggu ini,  Serena Williams memang mengungkapkan rasa ketikadilan ketika dirinya harus memilih satu dari dua dunia yang dia cintai.
Dunia olah raga terkadang sangat kejam bagi kaum wanita, karena ketika seorang atlit wanita hamil, maka banyak diantaranya akan kehilangan kontrak  sponsor karena dianggap berisiko dan kurang menguntungkan bagi sponsor.
Dalam tulisan perpisahannya ini Serena Williams mengungkapkan isi hatinya bahwa dirinya merindukan masa masa ketika dirinya masih sebagai gadis yang bersinar  di lapangan tenis.
Dalam perjalanan karir nya yang cukup panjang ini,  Serena Williams dapat dikatakan sebagai simbul ras,  jenis kelamin, seksualitas dan budaya  dalam  meraih sesuatu yang dicita citakannya yang menginspirasi banyak orang.
Ketika  Serena dan Venus Williams masuk kedunia tenis mereka secara  konsisten membuktikan bahwa mereka memiliki hak untuk berada di sana.
Kemenangan bagi Williams bersaudara ini bukan hanya  sekedar kemenangan bagi mereka, tetapi juga kemenangan bagi setiap orang yang merasa terwakili.
Ketika memulai karir nya kedua gadis kulit hitam ini tidak pernah berpikir kelak  di kemudian hari mereka akan menjadi inspirasi banyak orang dalam mewujudkan mimpinya.
Mengundang Kontroversi
Sosok Serena Williams ketika berada di lapangan memang terkadang menjadi pusat perhatian sekaligus sebagai sumber gosip.
Dengan pakaian yang berwarna warni, gaya rambut yang bervariasi, sosoknya yang cenderung maskulin, serta sikap yang terkadang meledak ledak  menjadi daya tarik sendiri bagi penonton.
Di lain pihak  penampilannya yang cenderung eksentrik di lapangan ini juga mengundang cibiran bagi sebagian orang.
Sebagai contoh di tahun 2014 lalu presiden Federasi Tenis Rusia yang benama Shamil Tarpischev mencemooh Williams bersaudara dengan memberikan label sangat seksi dan rasis
Demikian juga mantan pemain tenis olimpiade sekaligus direktur Madrid Open bernama Ion iriac tahun lalu mencemooh Serena Williams dengan mengatakan bahwa Serena Williams harusnya mengundurkan diri dan harus sadar akan usia dan berat badannya.
 Serena Williams dalam perjalanan karirnya memang kenyang dengan umpatan dan cemoohan, namun semuanya ini dijawabnya dengan prestasi yang berhasil membungkam para pencemooh.
Serena Williams terkadang memang dikatakan tidak masuk kategori atlit wanita karena lebih kuat dari kebanyakan atlit wanita lainnya.
Terkait dengan hal ini Serena Williams mengatakan bahwa dirinya memang terlahir dengan sosok dan tubuh seperti itu dan dirinya bekerja sangat keras menggapai  prestasi tersebut.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sederetan atlit tenis wanita seperti Naomi Osaka, Sloane Stephens dan banyak lagi lainnya yang terinspirasi dan mengikuti jejak oleh Serena Williams
Serena Williams memang telah menunjukkan kepada kita semua  untuk tidak membiarkan rasisme dan body-shaming tumbuh dan  berkembang serta  digunakan sebagai senjata untuk melampiaskan kebencian..
Keputusan Serena Williams untuk mengundurkan diri dari dunia yang sangat dicintainya  ini tentunya akan dikenang banyak orang dan terpatri pada perjalananan sejarah tenis professional.
Dengan segala kekhasan yang dimilikinya Serena Williams akan dikenang sebagai salah satu atlit tenis professional kulit hitam yang penuh prestasi, Â penuh kontroversi sekaligus menjadi lagenda yang tidak terbantahkan.
Rujukan: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, enam, tujuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H