Dalam minggu ini media dihiasi dengan rangkaian kunjungan Presiden Ameika Joe Biden ke kawasan Timur Tengah.
Kunjungan ini memang dihadang oleh pesimisme akan keberhasilannya, karena secara politis ketika pasukan Amerika meninggalkan Irak dan Afghanistan, maka pengaruh Amerika sudah sirna di kawasan yang bergejolak ini.
Penyelesaian masalah pendudukan Israel di tanah Palestina yang tidak pernah dan tidak akan terselesaikan karena keberpihakan Amerika pada Israel menjadi masalah klasik bagi negera negara di kawasan ini karena politik luar negeri Amerika yang tidak mengakar pada tradisi dan budaya yang di kawasan ini.
Amerika memang tampaknya sudah menganggap bahwa kawasan Timur Tengah ini tidak menarik lagi baik secara politis dan juga sebagai pasar penjualan senjatanya.
Namun dampak perang Rusia dan Ukraina lah yang membuat Amerika terpaksa menggarap kembali wilayah ini, bukan untuk kepentingan negara-negara di Timur Tengah namun untuk kepentingan Amerika semata.
Lonjakan harga minyak karena kekurangan pasokan membuat Amerika menghadapi masalah besar dalam perekonomiannya yang diterjang inflasi.
Jadi dapat dibaca dengan jelas maksud kunjungan Joe Biden ini utamanya untuk menegosiasikan kemungkinan peningkatan produksi minyaknya untuk menyelamatkan Amerika dari keterpurukan ekonominya lebih lanjut.
Gaya KoboiÂ
Apa yang diungkapkan oleh Joe Biden di awal kunjungannya ini mencerminkan gaya diplomasi koboi Amerika yang khas yaitu menuruh pistol di meja sebelum memulai diskusi.
Jelas sekali Joe Biden menyatakan bahwa kunjungannya ke Timur Tengah adalah untuk mengisi kembali kekosongan pengaruh politik yang ada dan mencegahnya kekosongan ini dimasuki oleh Tiongkok, Rusia, dan Iran.
Kedua, kunjungan ini dimaksudkan untuk menekankan kembali sikap Amerika yang tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir