Perang Rusia dan Ukraina tidak saja mengganggu suplai bahan pangan dunia namun juga meningkatkan biaya pengangkutan dan pengiriman bahan pangan.
Kombinasi kenaikkan biaya pengiriman dan kenaikan harga minyak dan gas inilah yang saat ini menjadi pemicu meroketnya harga pangan global.
Apa yang terjadi saat ini memang sangat ironis, karena FAO menyampaikan bahwa stok pangan dunia saat ini sedang dalam keadaan surplus, namun di lain pihak jutaan orang terancam kelaparan.
Tantangan terberat yang akan dihadapi dunia diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023 mendatang karena jika tidak dicarikan solusinya maka krisis pangan global akan terjadi lebih hebat lagi dan akan memakan korban lebih banyak lagi.
Jika diamati data yang dikeluarkan oleh FAO tersebut maka kita akan dapat melihat bahwa dalam kurun waktu 6 tahun terakhir ini jumlah penduduk dunia yang mengalami kekurangan pangan meningkat secara drastis.
Situasi ini semakin memburuk ketika perah perang Rusia dan Ukraina yang menambah rumit penyediaan dan distribusi pangan global.
Jika ditelisik lebih dalam lagi maka meningkatnya resiko krisis pangan ini disebabkan oleh kombinasi sistem pangan yang rapuh, sistem pemerintahan yang buruk, konflik dan perang serta perubahan iklim global yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh FAO jumlah penduduk dunia yang memerlukan bantuan mengatasi kekurangan pangan ini meningkat 200 % dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini.
Bahkan kini Ukraina yang dikenal sebagai penghasil pangan dunia ini memiliki resiko yang sangat tinggi untuk mengalami krisis pangan yang menyebabkan penduduknya kelaparan.