Motif Amerika dan Inggris yang menelikung Perancis memang masih menjadi tanda tanya tapi yang jelas pembangunan kapal selam super canggih yang ditujukan untuk mengimbangi kekuatan Tiongkok ini telah terjadi.
Dari segi akar sejarah bangsa Perancis selalu berpendapat bahwa mereka merupakan ras terunggul di Eropa, sehingga tidak jarang dalam kesehariannya orang Perancis tidak mau berbicara menggunakan bahasa Inggris walaupun dapat melakukannya.
Dikesampingkannya Perancis dalam perjanjian pembangunan kapal selam ini jelas merupakan salah satu kegagalan politik luar negeri Emmanuel Macron.
Sementara lawan politiknya Marine Le Pen mendapatkan simpati masyarakat Perancis karena dalam kempane nya mengangkat isu domestik seperti biaya hidup yang menyentuh berbagai sendi kehidupan masyarakat yang selama ini tidak mampu diatasi oleh Emmanuel Macron.
Emmanuel Macron selama kepemimpinannya memang dianggap kurang merakyat, sehingga Perancis sering sekali diterpa gelombang demonstrasi besar besaran.
Isu inilah yang secara cerdik digunakan oleh Marine Le Pen untuk menyampaikan pesannya kepada rakyat Perancis bahwa Emmanuel Macron adalah pimpinan untuk golongan elit bukan pimpinan rakyat.
Titik lemah ini tampaknya disadari oleh tim kampanye Emmanuel Macron sehingga tidak heran dalam waktu yang sangat sempit menuju hari pemilihan presiden, sosial media dibanjiri oleh potret kegiatan Emmanuel Macron yang bertemu dan berdialog dengan masyarakat Perancis untuk membangun image bahwa Macron dekat dan akrab dengan rakyat.
Isu konflik Rusia dan ukraina merupakan salah satu isu sentral dalam kampanye pilpres Perancis ini.
Sebelumnya Marine Le Pen memang pengagum presiden Rusia Vladimir Putin, namun secara cerdik kini dirinya mengambil jarak dengan Putin.
Kedekatan Marine Le Pen dengan Rusia tercermin ketika pada kampanye pilpres 2017 lalu dirinya mendapat dukungan pinjaman dana kampanye dari bank Rusia.