Akhirnya Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meminta maaf kepada Indonesia atas peran Belanda dalam perang kemerdekaan RI yang berdarah darah.
Permintaan maaf Perdana Menteri Belanda ini muncul setelah keluar hasil penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti yang terdiri  dari ilmuwan Belanda dan Indonesia terkait dengan konflik langsung yang terjadi antara pejuang kemerdekaan RI dengan tentara Belanda yang terjadi di era perang kemerdekaan tahun 1945-1949.
Dalam laporan tersebut disebutkan secara gamblang  bagaimana untuk mengambil alih kembali Indonesia  tentara Belanda melakukan secara  sistematis,  tindakan kekerasan dan kekacauan yang meliputi penahanan masal, penyiksaan dan pengekskusian.
Satu satunya tujuan pemerintah Belanda dan tentara Belanda melakukan hal ini adalah untuk mengambil kembali pengendaliannya atas Indonesia yang merupakan bekas jajahannya.
Kesimpulan hasil peneltian ini diungkap setelah melakukan  peneltian sejak tahun 2017 lalu yang berlangsung  selama 4.5 tahun yang dibiayai oleh Belanda sebagai bagian dari evaluasi tindakan brutal pemerintah Belanda selama masa kolonialisasi.
Hasil penelitan ini juga mengungkap bahwa tindakan brutal yang dilakukan oleh tentara belanda saat ini dapat dikategorikan sebagai "kejahatan perang". Â Disamping itu para politisi Belanda saat itu disimpulkan metutup mata terhadap apa yang terjadi di era perang kemerdekaan Indonesia yang memakan banyak korban jiwa.Â
Tidak hanya sampai disitu saja menurut  sejarawan Ben Schoenmaker dari Institut Sejarah Militer Belanda para politisi ini justru menyembunyikan fakta kebrutalan tentara Belanda tersebut.
Jika kita tengok kembali sejarah Indonesia, kemerdekaan Indonesia yang dideklarasikan di tahun 1945 sesaat setelah kekalahan Jepang di Perang  Dunia II tidaklah berjalan mulus. Saat itu ada keinginan yang sangat kuat dari Belanda untuk kembali menguasai Indonesia setelah sebelumnya menjajah Indonesia dengan brutal selama kurang lebih 350 tahun.
Menurut catatan hasil penelitian ini paling tidak ada 100 ribu pejuang Indonesia yang nyawanya melayang untuk mempertahankan kemerdekaaan Indonesia agar tidak dikuasai kembali oleh Belanda.